Cerita Sejarah Kisah Nabi Hud as dan Mukjizatnya

Penulis Vinka Febbyolla | Ditayangkan 02 May 2018


Cerita Sejarah Kisah Nabi Hud as dan MukjizatnyaGambar via personalgrowth.blog

Nabi Hud hidup sekitar 2320-2450 sebelum Masehi. Dia adalah putra Abdullah bin Ribah bin Syam bin Nuh. 

Beliau merupakan salah satu keturunan suku 'Aad. Letak geografis suku 'Aad berada di uatra Hadramaut antara Yaman dan Oman

Berikut kisah lengkap Nabi Hud as

Kisah Nabi Hud as

Tersebutlah sebuah kaum bernama Kaum ‘Ad.

Kaum ini adalah salah satu contoh kaum yang melupakan Allah.

Syaitan yang terkutuk telah menyesatkan hati dan pikiran Kaum ‘Ad ini.

Adik-adik harus berhati-hati dengan syaitan.

Bisikannya yang menghasut, bujukannya yang sesat dan menjerumuskan jangan sampai melemahkan iman kita kepada Allah.

Kaum ‘Ad sepeninggal generasi Nabi Nuh Alaihissalam ini telah sesat.

Mereka sungguh kurang menyadari bahwa segala sesuatu itu adalah anugerah Allah.

Allah memberi kelebihan kepada mereka berupa bentuk badan dan perawakan yang besar dan kuat.

Semua itu, sedikit dari nikmat yang diberikan Allah belum yang lain-lainnya.

Tapi kesesatan mereka sudah parah dan juga tidak tahu bersyukur.

Kaum ‘Ad menganggap bahwa pemberian yang mereka terima datang dari patung-patung yang biasa mereka sembah.

Mereka berbuat begitu karena ikut-ikutan saja.

Mereka beralasan bahwa bapak-bapak mereka sebelumnya juga terbiasa melakukan hal itu.

Di tengah-tengah manusia-manusia sesat itu, Allah mengutus seorang hamba pilihan bernama Hud. Dia diangkat Allah sebagai nabi.

Nabi Hud Alaihissalam adalah salah seorang anak-anak keturunan ‘Ad. Sedang ‘Ad adalah anak-anak keturunan dan putra Nabi Nuh Alaihissalam bernama Syam.

Nabí Hud Alaihissalam menjadi penerus risalah dan bertindak pula sebagai pemberi peringatan bahwa hanya Allah saja yang harus disembah.

Nabí Hud Alaihissalam mendatangi kaumnya, menyeru dan mengajak mereka untuk menaati Allah.

Kaum ‘Ad menganggap remeh saja perkataan Nabi Hud. Sebagian Kaum ‘Ad yang sesat itu terdiri dari pemimpin-pemimpin di dalam kaum tersebut.

Oleh karena itu mereka meremehkan seruan Nabi Hud untuk menyembah hanya kepada Allah.

Berhala adalah tuhan mereka.

Pemimpin-pemimpin Kaum ‘Ad ¡tu menganggap bahwa kenikmatan yang mereka peroleh berasal dan berhala yang mereka sembah.

Nabi Hud Alaihissalam mendapat penolakan dari kaumnya.

Syaitan telah membuat mereka melupakan Allah dan mengagungkan berhala.

Bukankah patung-patung yang mereka sembah itu adalah buatan mereka sendiri? 

Bagaimana mungkin berhala buatan mereka sendiri bisa menjadi tuhan yang dapat memberikan segala kenikmatan? 

Sedang Allah adalah Tuhan yang mampu menciptakan bumi dan langit serta isinya. 

Maka sungguh hanya Allah-lah yang wajib diimani dan ditaati.

Nabi Hud Alaihissalam terus berdakwah.

Walaupun pengikutnya hanya sedikit, Nabi Hud tidak putus asa untuk menyampaikan kebenaran. 

Kaum ‘Ad tetap tidak mempercayai ajaran Nabi Hud Alaihissalam.

Mereka tetap menganggap berhala adalah Tuhan mereka.

Seruan dan ajakan Nabi Hud Alaihissalam benar-benar tidak mereka hiraukan.

Tidak sedikit pun mereka ingin pergi meninggalkan berhala yang menjadi tuhan-tuhan mereka. 

Mereka justru menantang agar Allah menimpakan azab jika Nabi Hud benar utusan Allah. 

Jangan ditiru ya Adik-adik. Perkataan Kaum ‘Ad itu sama dengan melawan Allah.

Perbuatan melawan Allah adalah perbuatan durhaka. Maka Allah mendatangkan azab.

Sesungguhnya ancaman Allah pasti datang tanpa mereka minta karena kesesatan Kaum ‘Ad tidak terampunkan lagi.

Nabi Hud Alaihissalam bersama pengikutnya meyakini bahwa Allah murka kepada Kaum ‘Ad. 

Akhirnya ancaman-Nya itu datang.

Allah membuat kehidupan Kaum ‘Ad serba susah.

Tanah pertanian menjadi kering, sumber mata air mereka tidak lagi mengalir, peternakan mereka tak terurus lagi, sedang hidup mereka sendiri juga susah.

Dalam keadaan seperti itu, mereka masih mengharap berhala mereka datang menolong.

Suatu ketika serombongan awan-awan di langit menggantung. Mereka terasa sangat senang.

Mereka pikir hujan akan segera turun dan mengakhiri kesusahan mereka.

Namun Allah menunjukkan kebesaran-Nya.

Awan-awan itu bukan datang membawa hujan tapi membawa azab bagi Kaum ‘Ad.

Keluarlah dari gumpalan awan tersebut angin dahsyat yang sangat panas dan hebat.

Kaum ‘Ad terperangah, bukan hujan yang datang kepada mereka tapi tiupan angin yang kencang lagi membinasakan.

Lenyaplah semua Kaum Ad yang sesat dan durhaka itu.

Mereka telah mendapat azab dari Allah hingga yang tersisa hanyalah bangunan-bangunan mereka saja.

Sedang Nabi Hud Alaihissalam dan pengikutnya semua selamat, semakin bertambahlah keimanan mereka kepada Allah.

Mereka berlalu dari tempat tersebut dan membangun kehidupan baru yang penuh ketaatan kepada Allah.

Antara kisah Nabi Hud dalam Al-Quran

Nabi Hud adalah nabi yang ke-4. la adalah keturunan dari Sam bin Nuh.

la diutus oleh Allah kepada kaum 'Ad yang terletak di Al Ahqaf.

Kaum Ad merupakan kaum yang kaya dan kuat.

Mereka memiliki kepandaian membuat bangunan yang megah.

Mereka juga memiliki keahlian mengolah tanah dan pertanian.

Namun mereka bersifat sombong tidak bersyukur, berbuat jahat dan menyembah berhala.

Akhirnya mereka mendapatkan azab dari Allah berupa angin dan badai pasir yang dahsyat.

Nabi Hud ‘alaihis salam tinggal di negeri Yaman, di sebuah tempat yang bernama Al Ahqaaf (bukit-bukit berpasir), di sana tinggal kaum ‘Aad pertama yang nasab mereka sampai kepada Nabi Nuh.

Mereka tinggal di rumah-rumah yang memiliki tiang-tiang yang besar sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“(Yaitu) penduduk Iram (ibu kota tempat tinggal kaum ‘Aad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi–Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,” (QS. Al Fajr: 7-8)

Mereka juga membangun istana-istana dan benteng-benteng yang tinggi dan membanggakan diri dengan bangunan-bangunan itu. 

Hal ini sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main (bermewah-mewah) –Dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud agar kamu kekal (di dunia)?” (QS. Asy Syu’ara: 128-129)

Mereka juga memiliki peradaban yang tinggi; mereka unggul dalam bidang pertanian karena melimpahnya air yang segar kepada mereka, di samping mereka memiliki harta dan binatang ternak yang banyak.

Tempat mereka ketika itu menjadi ladang yang subur dan hijau, penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengaruniakan kepada mereka bentuk fisik yang berbeda dengan yang lain, badan mereka tinggi dan kuat.

Apabila mereka berperang atau menyerang suatu kaum, maka mereka dapat memenangkan peperangan itu dan serangan mereka begitu mengerikan.

Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala menyebutkan perkataan Nabi Hud kepada mereka,

“Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang yang kejam dan bengis.–Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.–Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui.–Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak,–Dan kebun-kebun dan mata air,” (QS. Asy Syu’ara: 130-134)

Tetapi, meskipun nikmat-nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada mereka begitu banyak. 

Namun mereka tidak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadapnya, bahkan mereka menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mereka sembah patung-patung, dan mereka adalah kaum yang pertama menyembah patung setelah banjir besar zaman Nabi Nuh. Sebagaimana firman Allah,

“Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) setelah lenyapnya kaum Nuh, dan Allah telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah agar kamu mendapat keberuntungan.” (Terj. Al A’raaf: 69).

Tidak hanya itu, mereka juga mengerjakan berbagai maksiat dan dosa serta mengadakan kerusakan di bumi. 

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Hud ‘alaihis salam kepada mereka untuk menunjukkan jalan yang lurus.

Beliau mengajak mereka menyembah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja dan melarang mereka berbuat syirk dan melakukan berbagai kemaksiatan.

Beliau juga mengingatkan mereka agar bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang diberikan-Nya kepada mereka, Beliau berkata kepada mereka,

“Wahai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al A’raaf: 65)

Mereka pun bertanya-tanya tentang keadaan diri Nabi Hud ‘alaihis salam,

“Siapakah sebenarnya engkau wahai Hud sehingga mengatakan kata-kata seperti itu?” 

Hud menjawab,

“Sesungguhnya aku adalah rasul yang dapat dipercaya bagimu—Oleh karena itu, bertakwalah kamu kepada Allah dan taatilah aku.”

(QS. Asy Syu’ara: 125-126)

Maka kaumnya membantahnya dengan kasar dan sombong sambil berkata,

“Sesungguhnya Kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS. Al A’raaf: 66)

Hud menjawab, “Wahai kaumku! Tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam.– Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.” (QS. Al A’raaf: 67-68).

Kaumnya pun semakin sombong di samping menolak dengan keras beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka berkata kepada Nabi Hud ‘alaihis salam,

“Wahai Hud! Kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu–Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu…dst.” (QS. Huud: 53-54).

Meskipun begitu Nabi Hud ‘alaihis salam tetap bersabar dan mengajak mereka untuk mengikuti kebenaran.

Beliau mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah kepada mereka dengan harapan mereka mau bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meminta ampunan kepada-Nya.

Beliau berkata kepada mereka,

"Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui.–Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak,–Dan kebun-kebun dan mata air,” (QS. Asy Syu’ara: 131-134).

Beliau juga berkata:

“Wahai kaumku! Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Huud: 52).

Tetapi Nabi Hud ‘alaihis salam tidak mendapatkan kaumnya selain sebagai manusia yang telah mati hatinya dan telah menjadi keras seperti batu, memegang teguh kesesatan dan penyimpangannya dan tetap kokoh menyembah patung. 

Mereka juga membalas nasihatnya dengan tindakan zalim dan olok-olokkan, sehingga Nabi Hud berkata kepada mereka,

”Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan,–dengan yang lain, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.–Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya–Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus–Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha pemelihara segala sesuatu.” (QS. Huud: 54-57)

Azab Yang Ditimpakan Kepada Kaum Nabi Hud ‘alaihis Salam

Mereka tetap saja menyombongkan diri dan membanggakan diri dengan kekuatannya, dan mereka berkata Nabi Hud dengan sombongnya, “Siapakah yang lebih kuat kekuatannya daripada kami?” (QS. Fushshilat: 15).

Mereka juga mengolok-olok Nabi Hud dan meminta kepadanya agar disegerakan azab. Mereka berkata,

“Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada Kami jika kamu Termasuk orang-orang yang benar.” (Terj. Al A’raaf: 70)

Hud pun menjawab, “Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu”. (QS. Al A’raaf: 71).

Maka mulailah azab Allah datang kepada kaum ‘Aad. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan kepada mereka hawa yang panas yang membuat sumur-sumur dan sungai-sungai menjadi kering, tanaman dan buah-buahan menjadi mati, hujan pun berhenti turun dalam waktu yang cukup lama, lantas kemudian datang awan yang besar. Ketika mereka melihatnya, mereka bergembira dan mengira bahwa mereka akan diberikan curahan hujan, mereka berkata,

“Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.”

Mereka mengira bahwa awan itu akan datang membawa kebaikan untuk mereka, menghilangkan haus dahaga mereka, memberi minum hewan-hewan mereka dan menyirami kebun dan tanaman-tanaman mereka. 

Padahal awan itu datang membawa azab bagi mereka. Mereka pun ditimpa angin yang kencang yang terus menimpa mereka selama tujuh malam delapan hari tanpa henti, yang membinasakan segala sesuatu yang ada di hadapannya sehingga mereka semua binasa.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.” (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta agar datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,”  

–Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (QS. Al Ahqaaf: 24)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersamanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Maka Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan mereka bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raaf: 72)

Hud ‘alaihis salam pun pergi bersama orang-orang yang beriman ke tempat yang lain; yang di sana mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa man waalaah.

Pengajaran dari kisah Nabi Hud as:

  • Nabi hud a.s. merupakan cucu Nabi Nuh a.s. yang diutuskan Allah kepada kaumnya yang bernama ‘Ad.
  • Bangsa ‘Ad adalah bangsa yang kukuh dan kuat, mahir membuat benteng dan bangunan-bangunan yang indah, namun sayang agama mereka adalah penyembah berhala.
  • Kaum ‘Ad yang takbur dan sombong ini dihancurkan Allah. Allah menggantikan mereka dengan bangsa yang baru.
  • Kaum ‘Ad diseksa oleh Allah dengan angin yang dasuat selama tujuh malam lapan hari, dan akhirnya mereka mati bergelimpangan seperti pohon-pohon yang ditumbangan.
  • Pengikut Nabi Hud merupakan insane-insan yang beriman dan setiap manusia yang berimankepada Allah, sentiasa dilindungi Nyadari malapetaka yang hebat.
  • Nabi Hud a.s. berpindah dari tempat yang sudah Dihancurkan Allah ke Hadramaut sehingga ke akhir hayatnya.

Antara Kisah Nabi Hud dalam Al-Quran

“ Kami telah mengutuskan kepada kaum ‘Ad seorang saudaranya yang bernama Hud, seraya berkata: “Wahai kaumku! Sembahlah kamu akan Allah tiadalah Tuhan Tuhan bagi kami selain Dia. Tiadalah Kamu melainkan orang-orang yang selalu mengada-adakan saja.”(Hud : 50)

“ Wahai kaum ku! Saya tidak meminta upah kepadamu, dan tiada yang memberi upah saya, melainkan Allah yang menjadikan saya. Apakah kamu tidak berakal?”(Hud : 51)

“Wahai kaumku! Mintalah keampunan terhadap Tuhanmu dan bertaubatlah kamu kepada Nya, nescaya Ia menurunkan hujan yang lebat dari langit, dan Ia akan menambahkan kekuatan bersama kekuatanmu, sebab itu janganlah kamu berpaling, nanti kamu menjadi orang yang berdosa!”(Hud : 52)“ 

Mereka menjawab: “ Wahai Hud! Tiada engkau mendatangkan kepada kami suatu keterangan, sebab itu kami tidak suka meninggalkan Tuhan kami dengan semata-mata perkataan engkau itu saja, dan tiadalah kami percaya kepada engkau.”(Hud : 53)

“ Tiadalah kami mengatakan, melainkan diantara Tuhan kami telah menimbulkan kejahatan kepada engkau (iaitu penyakit gila babi).Dia (Hud) berkata,”Sesungguhnya saya mempersaksikan hal ini kepada Allah dan jadi saksilah kamu, bahawa saya melepaskan diri daripada yang kamu persekutukan.” (Hud : 54)

“Adapun ‘Ad dibinasakan dengan angin yang sangat keras, dan amat dinginnya, ditimpakan kepada mereka tujuh malam lapan hari tanpa putus-putusnya.”

"Maka kelihatan mereka bergelimpangan mati sebagai batang kurma yang telah roboh. Habis binasalah semuanya kerana kederhakaan mereka juga.” (Al-Haqqah 6-8)

Hikmah dan pesan moral yang dapat diambil dari Sejarah Kisah Nabi Hud AS – Cerita Anak Islami adalah:

  • Sosok Nabi Hud yang penuh kelembutan dan kesabaran mampu menghadapi kesombongan. Hal tersebut patut kita jadikan teladan. Jarang sekali manusia yang memiliki kepribadian seperti itu. Kita lebih sering menghadapi kesombongan dengan cara kekerasan sehingga memicu terjadinya pertengkaran.
  • Kenikmatan yang dimiliki manusia akan dicabut kembali dan diganti dengan azab oleh Allah jika pemiliknya tidak bersyukur.
  • Kekayaan, jabatan, dan kepandaian dapat menjadikan pemiliknya menjadi sombong dan bersikap semena-mena terhadap orang lain, yang akan membuat orang itu mendapatkan azab dari Allah.

SHARE ARTIKEL