Manfaat Menjilati Jari Sesudah Makan Ternyata Ada Berjuta Keberkahan

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 20 Apr 2018

Manfaat Menjilati Jari Sesudah Makan Ternyata Ada Berjuta Keberkahan
Foto via youtube.com

Makan disunnahkan tanpa sendok...

Habis itu, jilati jari hingga bersih...

Ada yang jijik? Kenapa, kan ini sunnah Rasulullah...?

Berikut ini setelah tau penjelasannya, saya yakin anda akan menjilati jari setiap kali setelah makan

Beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang penuh berkah, manusia yang paling dekat dengan-Nya. Tapi beliau sangat bersemangat dalam mencari berkah termasuk berkah yang ada dalam makanan.

Beliau bersabda:
“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka janganlah dia mengusap tangannya sampai dia menjilatnya atau memberikan kepada orang lain untuk menjilatnya.” [Hr. Bukhari & Muslim]

Baca juga : Cara Menggunakan E-Money Agar tak Jadi Transaksi Haram dan Dosa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan hikmah dalam perkara ini sebagai berikut:

“Sesungguhnya dia tidak mengetahui tempat terletaknya barakah.” Al-Imam An-Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan: “Maknanya, wallahu a’lam, janganlah dia mengusap tangannya sampai dia menjilatinya. Dan jika dia tidak melakukannya, hendaknya dia memberikan orang lain untuk menjilatnya. Tentunya orang-orang yang tidak merasa jijik dengan hal tersebut, seperti kepada istrinya, budaknya, anaknya, yang mereka itu mencintainya dan mereka merasakan kenikmatan atas hal yang demikian.” (Syarah Shahih Muslim)
.
Beliau juga menjelaskan tentang makna hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Kalian tidak mengetahui tempat terletaknya barakah” : “Maknanya, wallahu a’lam, bahwa makanan yang dimakan oleh seseorang terdapat padanya barakah. Namun setiap manusia tidak mengetahui di mana letak barakah tersebut. Mungkin saja barakah tersebut terdapat pada apa yang telah dia makan atau pada apa yang tersisa di tangannya, atau yang masih ada di bejana, atau yang berjatuhan. Sehingga sudah sepantasnya setiap orang memperhatikannya agar bisa mendapatkan barakahnya.” (Syarah Shahih Muslim)
.
Tidak dikatakan Rosulullah kecuali yang Haq,Demikian besar hikmah yang terkandung dalam Hadits Rosulullah

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ يُلْعِقَهَا

Dari Ibnu Abbas –radhiyallahu anhuma- bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Jika salah seorang dari kalian makan, janganlah mengusap tangannya hingga ia (sendiri) menjilati tangannya atau (orang lain) yang menjilatinya (Muttafaqun alaih)

Hadits ini sangat shahih, disebut Muttafaqun alaih karena diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Sahabat yang sama dengan lafadz yang sama atau berdekatan.

Hadits ini diperjelas dengan lafadz yang lain bahwa maksud jangan mengusap tangan artinya jangan mengusap tangan yang terkena makanan itu dengan sapu tangan (atau tissue) hingga kita menjilatinya terlebih dahulu atau orang lain yang menjilati tangan kita.

Beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang penuh berkah, manusia yang paling dekat dengan-Nya. Tapi beliau sangat bersemangat dalam mencari berkah termasuk berkah yang ada dalam makanan. Beliau bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian makan, maka janganlah dia mengusap tangannya sampai dia menjilatnya atau memberikan kepada orang lain untuk menjilatnya.” [Hr. Bukhari & Muslim] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan hikmah dalam perkara ini sebagai berikut: “Sesungguhnya dia tidak mengetahui tempat terletaknya barakah.” Al-Imam An-Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan: “Maknanya, wallahu a’lam, janganlah dia mengusap tangannya sampai dia menjilatinya. Dan jika dia tidak melakukannya, hendaknya dia memberikan orang lain untuk menjilatnya. Tentunya orang-orang yang tidak merasa jijik dengan hal tersebut, seperti kepada istrinya, budaknya, anaknya, yang mereka itu mencintainya dan mereka merasakan kenikmatan atas hal yang demikian.” (Syarah Shahih Muslim) . Beliau juga menjelaskan tentang makna hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Kalian tidak mengetahui tempat terletaknya barakah” : “Maknanya, wallahu a’lam, bahwa makanan yang dimakan oleh seseorang terdapat padanya barakah. Namun setiap manusia tidak mengetahui di mana letak barakah tersebut. Mungkin saja barakah tersebut terdapat pada apa yang telah dia makan atau pada apa yang tersisa di tangannya, atau yang masih ada di bejana, atau yang berjatuhan. Sehingga sudah sepantasnya setiap orang memperhatikannya agar bisa mendapatkan barakahnya.” (Syarah Shahih Muslim) . Pada dasarnya barakah bermakna kebaikan yang melimpah, berkembang, dan bertambah serta lestari kebaikan tersebut. Sedangkan maksud makanan yang berbarakah adalah makanan yang bisa mengenyangkan, tidak menimbulkan gangguan pada tubuh, dan menjadi sumber energi untuk berbuat ketaatan. (Imam al Nawawi) Sumber: fadhlihsan & voa-islam --- . . Media Pembelajaran Diri 👇 Follow ➡️ @KajianSemangat Follow ➡️ @KajianSemangat . . Supported by @berbagisemangat_ Media Inspirasi Motivasi dan Edukasi . . #Credit @dakwah_sibujang #BerbagiSemangat #Inspirasi #Motivasi #Edukasi
A post shared by KAJIAN SEMANGAT (@kajiansemangat) on

Hal ini dikarenakan kita tidak mengetahui di bagian mana pada makanan itu yang mengandung keberkahan.

Baca juga : Pahala dari Rasa Capek Bersihkan Rumah Terbayar dengan Seribu Pahala Haji

Sebagaimana dalam lafadz riwayat Muslim dari Jabir:

وَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ بِالْمِنْدِيلِ حَتَّى يَلْعَقَ أَصَابِعَهُ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي فِي أَيِّ طَعَامِهِ الْبَرَكَةُ

Dan janganlah ia mengusap tangannya dengan sapu tangan hingga ia menjilat jarinya. Karena ia tidak mengetahui pada bagian makanannya mana yang mengandung keberkahan (H.R Muslim)

Juga diperjelas dalam lafadz hadits riwayat Abu Dawud bahwa janganlah mengusap tangan dengan sapu tangan hingga menjilati terlebih dahulu :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَمْسَحَنَّ يَدَهُ بِالْمِنْدِيلِ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ يُلْعِقَهَا

Dari Ibnu Abbas –radhiyallahu anhuma- beliau berkata: Rasulullah shollalahu alaihi wasallam bersabda: Jika salah seorang dari kalian makan, janganlah mengusap tangannya dengan sapu tangan hingga ia menjilatinya atau (orang lain) menjilatinya (H.R Abu Dawud, dishahihkan al-Albany)

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan:

Semestinya bagi manusia jika selesai makan menjilat jari jemarinya sebelum mengusapnya dengan sapu tangan sebagaimana diperintahkan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam. Ia sendiri bisa menjilatinya atau orang lain yang menjilatinya.

Seseorang menjilati sendiri jari jemarinya, ini adalah perkara yang jelas. Sedangkan jarinya dijilat oleh orang lain, ini juga hal yang memungkinkan.

(Contohnya) jika suami istri sangat mencintai satu sama lain sangat mudah bagi suami menjilat jari istri dan istri menjilat jari suami. Ini memungkinkan (untuk dilakukan).

Baca juga : Sudah Besar Masih Minum Asi, Bagaimana Ibu Membayar Hutang Puasanya?

Sebagian manusia berkata: Sesungguhnya ini tidak mungkin diucapkan Nabi shollallahu alaihi wasallam, karena bagaimana mungkin seseorang menjilat jari orang lain? Kita katakan:

Sesungguhnya Nabi shollallahu alaihi wasallam tidaklah mengucapkan kecuali ucapan yang haq. Tidak mungkin beliau mengucapkan sesuatu yang tidak mungkin (dilakukan manusia). Perkaranya dalam hal ini sangat mungkin dilakukan.

Demikian juga anak-anak yang masih kecil, kadangkala seseorang mencintai anak-anak itu kemudian menjilati jari jemari mereka setelah makan. Ini adalah sesuatu yang memungkinkan. Sunnahnya adalah engkau menjilati jarimu sendiri atau orang lain yang menjilatinya.

Perkaranya dalam hal ini –Alhamdulilah – ada kelapangan (untuk memilih). Rasul shollallahu alaihi wasallam tidak (hanya) mengatakan: “Harus orang lain yang menjilati jarinya”, hingga kemudian kita katakan: Ini adalah pemaksaan terhadap manusia dalam hal yang menyulitkan mereka. (Tidak demikian). Silakan anda menjilati (jemari anda sendiri) atau orang lain yang menjilatinya.

Dan Nabi –alaihissholaatu wassalaam- bersabda: Sesungguhnya kalian tidak mengetahui pada bagian makanan yang mana ada keberkahan. Kadangkala keberkahan dan manfaat yang banyak terdapat pada bagian jari yang dijilat tersebut.

Sebagian manusia menceritakan kepada saya dari para dokter bahwa jari jemari –dengan idzin Allah- mengeluarkan enzim ketika makan yang membantu makanan dicerna pencernaan. Ini termasuk hikmah.

Pada dasarnya barakah bermakna kebaikan yang melimpah, berkembang, dan bertambah serta lestari kebaikan tersebut. Sedangkan maksud makanan yang berbarakah adalah makanan yang bisa mengenyangkan, tidak menimbulkan gangguan pada tubuh, dan menjadi sumber energi untuk berbuat ketaatan. 
SHARE ARTIKEL