Berikut Anjuran Rasulullah, Cara Beretika dan Berakhlak yang Baik

Penulis Desy wahyuningsih | Ditayangkan 16 Apr 2018
Berikut Anjuran Rasulullah, Cara Beretika dan Berakhlak yang Baik
Foto via Kompas.Com

Viralnya video penamparan petugas SPBU di Bekasi, Jawa Barat, berbuntut panjang. Pihak manajemen SPBU berencana melaporkan kasus tersebut ke kepolisian.

Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa pentingnya moral dan akhlak yang baik

Dalam agama islam sudah diajarkan bagaimana bermoral dan berakhlak yang baik itu seperti berikut ini.

Dalam video yang viral baru-baru ini melihatkan seorang wanita tanpa etika menampar petugas SPBU hanya karena masalah sepele yang sebenarnya wanita penampar yang salah.

Belajar dari kasus ini etika, moral dan akhlak orang jaman sekarang benar-benar kurang dan buruk

Pada saat ini, kehidupan semakin sulit di mana kebutuhan semakin kompleks namun sarana pemenuhan kebutuhan terbatas.

Ada sebagian orang yang belum dapat memenuhi kebutuhanya, sehingga menyebabkan beberapa dari mereka menghalalkan segala cara untuk bisa memenuhi kebutuhanya.

Baca juga : Tetangga Parkir Mobil di Depan Rumah Kita, Ternyata Bisa Digugat Secara Hukum

Pengertian Etika, Moral, dan Akhlak

Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia.

Jika dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika bersifat umum

Etika Dalam Penerapan

Etika Berbeda Pendapat

  • Ikhlas dan mencari yang hak serta melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda pendapat
  • Juga menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.
  • Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur'an dan Sunnah.Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu denga cara menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan kepadanya dengan tafsiran yang baik.
  • Berusaha sebisa mungkin untuk tidak mudah menyalahkan orang lain, kecuali sesudah penelitian yang dalam dan difikirkan secara matang.
  • Sedapat mungkin menghindari permasalahan-permasalahan khilafiyah dan fitnah.
  • Berpegang teguh dengan etika berdialog dan menghindari perdebatan, bantah membantah dan kasar menghadapi lawan.

Etika Berbicara

  • Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan.Hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu.
  • Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu di dalam hadisnya menuturkan : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar".(HR. Muslim)
  • Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani). 
  • Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah Radhiallaahu 'anha. telah menuturkan: "Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya". (Mutta-faq'alaih).
  • Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seorang mu'min itu pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya". (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
  • Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun". Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong". (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).
  • Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain".(Al-Hujurat: 12).
  • Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.
  • Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.
  • Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan.
  • Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah orang yang berbicara. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolokolokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolokolokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan)”. (Al-Hujurat: 11).
Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.

Baca juga :Makna Puisi Sukmawati, Jadi Bukti Gagalnya Orangtua Dalam Mengajarkan Agama Pada Anak

Contoh Moral Dalam Kehidupan Sehari Hari

Menaati peraturan yang ada.

Peraturan dibuat untuk ditaati dan bukan untuk dilanggar karena peraturan memanglah suatu hal yang dibuat secara khusus untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan. MIsalnya saja mentaati peraturan lalu lintas agar tidak kecelakaan di jalan.

Menghormati dan menerapkan sikap sopan santun.

Sopan santun sudah merupakan kearifan local yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Maka dari itu harus selaku dilestarikand dengan melakukannya. Sikap sopan santun ini juga termasuk suatu nilai nilai yang ada dalam masyarakat Indonesia. Sehingga apa bila tidak melaksanakannya berarti tidak memilikim moral yang baik.

Tidak membuat kerusuhan.

Kerusuhan adalah keadaan dimana terjadi kekacauan dalam masyarakat. Kerusuhan juga dapat diartikan kondisi dimana nilai dan norma yang ada tidak berfungsi. Maka dari itu untuk menjaga lingkungan tetap tentram adalah kewajiban dari setiap individu dalam masyarakat.

Akhlak berasal dari kata “khuluq” yang artinya perang atau tabiat. Dan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak di artikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.

Dapat di definisikan bahwa akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah, spontan tanpa di pikirkan dan di renungkan lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.

Apabila perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah.

Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul.

Masalah yang sering timbul dalam pada kehidupan sehari-hari:

Sering kali terhadap sesama teman melakukan kebohongan yang tidak disadari seperti, mengatakan sudah dalam perjalanan (OTW) atau tunggu sebentar namun kenyataannya berbanding terbalik masih berada di rumah dan belum dalam keadaan bersiap hal tersebut dapat menghilangkan kepercayaan dan melukai perasaan dari teman yangmenanyakannya.

Seperti yang telah dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa berkatalah yang jujur demi menjaga rasa saling percaya dan perasaan teman yang bertanya.

Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)

Dari Abdullah bin Amru berkata: Nabi tidak pernah berbuat keji sendiri tidak pula berbuat keji kepada orang lain. Beliau bersabda:

 “Sesungguhnya termasuk sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya” (HR Bukhari)

Masalah yang sering timbul dalam hal berprilaku baik pada kehidupan sehari-hari:

Dengan tidak sengaja menabrak hewan saat berkendara dan tanpa niat baik langsung pergi meninggalkan hewan yang telah ditabrak.

Jika terjadi hal tersebut pada diri kita ataupun orang lain maka segeralah berhenti untuk melihat kondisi hewan tersebut dan membawa hewan tersebut kepinggir jalan jika hewan tersebut sudah tidak bernyawa maka kuburkanlah namun bila masih hidup dan tidak terluka parah cukup pinggirkan dari pinggir jalan raya.

Baca juga :Waspada, Modus Perampokan Baru Nyamar Jadi Polisi. Kenali Ciri-Cirinya

Perbedaan Antara Akhlak, Moral dan Etika

Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat olehsuatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu.

Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya (no. 8952), Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (no. 273), al-Bayhaqi dalam Syu’ab al-Îmân (no. 7609), al-Khara’ith dalam Makârim al-Akhlâq (no. 1), dan lainnya).”

Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.
SHARE ARTIKEL