Rumah Banyak Tikus? Waspada Bakteri Leptospirosis, Seperti yang Menimpa Pria ini Hingga Meninggal

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 02 Feb 2018
Rumah Banyak Tikus? Waspada Bakteri Leptospirosis, Seperti yang Menimpa Pria ini Hingga Meninggal
Foto via grid.id 

Menginjak bahkan bersentuhan saja sudah bisa terinfeksi

Makanan rentan terhadap bakteri, lupa tidak menutupnya ribuan bakteri pun hinggap dimakanan itu, apalagi banyak tikus dirumah, atau tempat menyimpan makanan anda sering didatangi tikus, hati-hati jangan sampai keluarga anda mengalami seperti pria ini, sebisa mungkin jauhkan makanan dari tempat tikus biasa datangi.

Masalah kebersihan makanan merupakan hal utama yang harus diperhatikan ketika kita hendak makanan.

Makanan yang bersih dan higienis akan berdampak baik bagi tubuh.

Jadi, selalu pilih makanan yang higienis untuk kebaikan kita sendiri.

Dilansir dari Grid.ID pada tanggal 26 Januari 2018 yang lalu, seorang remaja bernama Jonel Bandalan Ausa (20) asal Filipina meninggal dunia.

Baca juga : Kotoran Menumpuk di Telinga Pria ini, Gara-Gara Cutton Bud yang Malah Mendorong Masuk Kotoran

Ia mengalami demam selama 5 hari sebelum meninggal di rumah sakit.

Menurut pengguna Facebook bernama Honney Pablo, sepupunya itu meninggal karena Leptospirosis setelah makan makanan yang terkontaminasi bakteri.

Keluarga percaya bahwa tikus  telah meninggalkan bakteri pada makanan yang dikonsumsi Jonel karena terdapat beberapa bekas kunyahan dibagian makanan.

Setelah mengonsumsi itu Jonel mengalami demam tinggi.

Ia segera dilarikan ke rumah sakit.

Dokter pertama-tama tak mengetahui ia terkena Leptospirosis.

Hal ini lantaran tak ada tanda-tanda spesifik atas penyakit yang diderita Jonel.

Baru saat melakukan pemeriksaan mendalam, dokter mengetahui Jonel menderita Leptospirosis, hal ini lantaran ada pendarahan di paru-parunya.

Lima hari kemudian kondisi Jonel semakin kritis dan ia malah meninggal dunia.

Leptospirosis menyebar terutama melalui kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi oleh urine hewan yang terinfeksi.

Orang bisa terkena penyakit ini jika menginjak, bersentuhan atau tak sengaja mengonsumsi kotoran hewan utamanya tikus.

Apa itu Leptospirosis?

Pengertian Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini.

Beberapa jenis hewan yang dapat menjadi pembawa leptospirosis, yaitu anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi, serta babi.

Leptospirosis juga dapat menyerang manusia melalui kontak langsung dengan air (air banjir, kolam, sungai, danau, atau air selokan) atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira.

Leptospirosis rentan menyerang orang-orang yang biasa berurusan dengan hewan. Jarang sekali penyakit ini ditulari dari manusia.

Baca juga : Ciri-ciri dan Tanda ini Ada Ditubuh Anda? Bisa Jadi Mengidap Kolesterol Tinggi

PENYEBAB LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira yang dibawa oleh hewan-hewan tertentu. Leptospira adalah organisme yang hidup di perairan air tawar, tanah basah, lumpur, dan tumbuh-tumbuhan.

Bakteri ini dapat dapat menyebar melalui banjir. Hewan pembawa bakteri leptospira umumnya tidak memiliki tanda-tanda sedang mengidap leptospirosis karena bakteri ini dapat keluar melalui urine mereka.

Keluarnya bakteri melalui urine hewan liar maupun hewan piaraan yang terinfeksi dapat berlangsung secara terus menerus atau hanya sesekali selama beberapa bulan hingga beberapa tahun.

Bakteri yang kemudian masuk ke air atau tanah ini bisa bertahan hingga beberapa minggu hingga berbulan-bulan.

Leptospirosis umumnya banyak ditemui di area tropis dan subtropis, di mana udaranya panas dan lembap yang membuat bakteri ini dapat bertahan hidup lebih lama, seperti Tiongkok, India, dan Asia Tenggara.

Para pekerja yang sering berurusan dengan hewan juga memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi leptospirosis, misalnya seorang peternak, nelayan, pekerja di saluran pembuangan limbah, dan dokter hewan.

Bakteri leptospira dapat masuk melalui mata, hidung, mulut, atau luka terbuka pada kulit, terutama jika Anda sering menghabiskan waktu berada di area, baik air maupun tanah, yang terkontaminasi bakteri ini.

Waspadai juga infeksi bakteri leptospira ketika Anda melakukan kegiatan di luar ruangan seperti berkemah dan memancing atau berkunjung ke daerah yang sedang menghadapi epidemi leptospirosis.

Bakteri ini juga dapat menyebar melalui gigitan hewan atau cairan tubuh lain (kecuali ludah) dan ketika meminum air yang terkontaminasi, misalnya sehabis banjir atau ketika melakukan olahraga yang berhubungan dengan air.

Hewan piaraan jarang menjadi penyebab menyebarnya leptospirosis walau terdapat juga kasus leptospirosis yang disebarkan oleh tikus piaraan.

Kasus penyebaran leptospirosis juga jarang disebarkan oleh sesama manusia walau masih mungkin terjadi melalui hubungan seksual atau melalui ASI dari ibu yang terinfeksi bakteri ini kepada bayi.

Baca juga : Awas Bun, Jangan Lakukan Kebiasaan ini, Penyebab Bibir Anak Sumbing

GEJALA LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis memiliki gejala yang umumnya menyerupai flu, yaitu demam, nyeri otot, dan pusing.

Leptospirosis juga tidak memiliki gejala-gejala yang signifikan sehingga sulit untuk terdiagnosis. Gejala leptospirosis umumnya berkembang dalam waktu 1-2 minggu atau hingga satu bulan setelah penderitanya terpapar bakteri ini dan cenderung membaik minimal dalam lima hari hingga maksimal satu minggu setelah gejala muncul. Gejala lain yang mungkin muncul, yaitu:

  1. Mual
  2. Muntah
  3. Meriang
  4. Sakit kepala
  5. Nyeri otot
  6. Sakit perut
  7. Diare
  8. Kulit atau area putih pada mata yang menguning
  9. Demam tinggi
  10. Ruam
  11. Iritasi atau kemerahan di area mata
  12. Batuk
  13. Kehilangan nafsu makan

Gejala leptospirosis yang lebih berat bisa berujung kepada komplikasi yang lebih serius, berupa pendarahan hingga gagal fungsi pada organ-organ tertentu.

Kondisi pasien secara umum akan membaik dari gejala awal yang muncul, namun selanjutnya akan menjadi sakit kembali dan berkembang biak menjadi kondisi yang lebih serius.

Kasus leptospirosis yang memburuk ini dapat terjadi pada 1 dari 10 penderita pada 1-3 hari setelah gejala awal mereda. Jika tidak segera ditangani, penderita dapat mengalami kerusakan otak, gagal fungsi ginjal, dan gangguan fungsi paru-paru.

 Kasus ini cenderung dikenal dengan nama penyakit Weil. Beberapa gejala yang mungkin dialami, yaitu:

  1. Sakit di area dada
  2. Napas yang pendek/kehabisan napas
  3. Pembengkakan pada pergelangan tangan atau kaki
  4. Warna kulit menguning atau bagian putih pada mata yang menguning (penyakit kuning)
  5. Gejala yang menyerupai penyakit meningitis atau radang otak (ensefalitis), seperti kejang, sakit kepala dan muntah
  6. Batuk darah

PENGOBATAN LEPTOSPIROSIS

Infeksi leptospirosis diobati dengan suntikan antibiotik untuk membasmi bakteri dan mengembalikan fungsi tubuh yang terganggu akibat kondisi ini.

Obat-obatan antibiotik yang umumnya digunakan adalah penisilin dan tetracycline. Antibiotik biasanya diberikan selama satu minggu dan proses pengobatan ini harus diikuti hingga akhir demi memastikan semua bakteri hilang sehingga mencegah kemungkinan terulangnya infeksi dari bakteri yang sama.

Walau demikian, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efektivitas terapi antibotik terhadap leptospirosis.

Selain obat-obatan antibiotik, obat pereda rasa sakit yang memiliki kandungan parasetamol juga dapat diberikan untuk mengatasi gejala awal leptospirosis, antara lain:

  1. Sakit kepala
  2. Nyeri otot
  3. Demam


PENCEGAHAN LEPTOSPIROSIS

Jika Anda berniat bepergian ke daerah yang memiliki angka leptospirosis yang tinggi atau sering terlibat kontak dengan hewan secara langsung, maka Anda memiliki risiko tertular yang lebih besar. Lakukan beberapa langkah pencegahan berikut ini.

Gunakan pakaian yang melindungi tubuh serta bersihkan dan tutup luka dengan sebaik mungkin agar tidak terkena kontak langsung dengan hewan pembawa bakteri leptospira.

Gunakan juga pakaian yang layak saat akan berolahraga atau beraktivitas di luar ruangan yang berisiko menimbulkan cedera atau luka ketika berada di area yang rawan terdapat bakteri leptospira.

Mandi setelah selesai melakukan aktivitas di lingkungan berair, terutama di area yang berisiko.
Jangan menyentuh bangkai hewan secara langsung.

Gunakan sarung tangan ketika berniat membersihkan urine atau kotoran hewan yang diduga terinfeksi bakteri leptospira.

Biasakan mencuci tangan setelah terlibat kontak dengan hewan yang terinfeksi leptospirosis.
Bersihkan permukaan yang terkena urine atau kotoran hewan yang terinfeksi leptospirosis dengan larutan pembersih antibakteri atau campuran air dan pemutih dengan perbandingan volume air dan pembersih sebanyak 10:1.

Waspadai air yang akan diminum, pastikan kemasan air tertutup dan tersegel dengan baik atau air sudah direbus sebelumnya.

Vaksinasi hewan piaraan atau ternak Anda agar terhindar dari leptospirosis.

SHARE ARTIKEL