Pesan Seorang Ibu"Untuk calon suami anakku dan calon menantuku"

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 26 Jan 2018

Pesan Seorang Ibu
Foto via hipwee.com

Surat seorang ibu yang mengharukan

Pastilah semua ibu yang dekat dengan anak-anaknya nantinya akan merasa kehilangan jika putra-putrinya sudah menikah dan hidup dengan pasangan masing-masing, "Rumahnya saat ini bersamaku, kelak rumahnya adalah dimanapun ia bisa bersamamu".


Semua ibu pastinya menyadari, anak yang ia lahirkan dan rawat sejak kecil kelak akan menjadi milik orang lain. Surat seorang ibu ini ditulis untuk orang yang akan menjadi pasangan hidup anaknya kelak, yang dikutip dari theasiantparents.com
Baca juga : Down Syndrome Banyak Menghantui Ibu Hamil, Deteksi Sejak Bayi Dalam Kandungan

Surat seorang ibu kepada calon menantu

Kepada seseorang yang akan jatuh cinta pada anakku,

Aku tidak yakin kapan akan kuberikan surat ini padamu

Mungkin dalam beberapa dekade ke depan, saat hari pernikahanmu dengan anakku. Atau hari lain di mana aku merasa saat yang tepat untuk memberikannya padamu.

Kapanpun kau menerima surat ini, aku berharap aku masih hidup dan bisa mengenalmu secara langsung. Jadi kau bisa tahu, betapa senangnya aku bertemu denganmu.

Sekarang, aku merasa agak konyol karena menulis surat seperti ini. Anakku, yang masih balita, sedang ada di atas. Tidur lelap di tempat tidur yang terlalu besar untuknya. Mengingatkanku betapa kecil tubuhnya.

Dia tenggelam dalam tumpukan selimut yang kuberikan padanya. Kubelai rambutnya dan kucium wajahnya. Lalu aku turun ke bawah untuk menulis surat ini.

Aku mendengar banyak cerita, bahwa anakku akan tumbuh dengan cepat meski orangtua belum siap. Kakinya yang kecil akan segera memanjang dan menggantung di tepi ranjang.

Dan sebelum aku sempat menyadarinya, dia akan tidur di kasur yang baru, di rumah yang berbeda, jauh dariku.

Dan kelak, dia akan bertemu denganmu. Segalanya pun akan berubah
Memang, saat ini dia memilihku. Dia memilihku untuk bermain mobil balap atau membaca buku. Dia lebih suka makan siang yang kubuatkan daripada makan siang buatan sekolahnya. Dia ingin aku menjadi orang terakhir yang menciumnya sebelum tidur.

Tapi, satu hari nanti, dia akan memilihmu. Dia akan memilih untuk menghabiskan waktunya denganmu. Berpetualang bersamamau, memasak untukmu.

Saat ini, matanya berbinar bahagia ketika dia melihatku. Dia girang sekali ketika aku melihatku menjemputnya di sekolah.

Tetapi suatu hari, mata itu akan bersinar saat melihatmu. Dia akan memerhatikan tanganmu, menghafal lekuk wajahmu, juga memajang fotomu di meja kerjanya.

Saat ini, aku adalah pahlawannya. Dia selalu datang padaku untuk meminta tolong. Dia meringkuk di pelukanku ketika sakit.

Tapi nanti, kaulah yang akan jadi pahlawannya. Dia akan bertanya, kau dan aku memiliki jawaban yang berbeda. Dan dia akan lebih mendengarkan jawabanmu dibanding jawabanku.

Kau akan membantunya mengenali dunia, kau akan jadi orang yang membuatnya merasa lebih baik ketika dia sakit atau sedih.

Sekarang, aku sedang mengajarinya bagaimana menjadi orang baik. Aku dan ayahnya mengajari dia cara menghormati orang lain, juga agar dia bisa dihormati oleh orang lain. Bagaimana caranya untuk lebih mendengarkan, menolong sesama, dan meminta bantuan ketika dia membutuhkan.

Dan kuharap, suatu hari dia akan melimpahimu dengan rasa hormat dan kebaikan yang kami ajarkan.

Sekarang, aku yang merencanakan semua pesta ulang tahun, liburan dan tahapan tumbuh kembang yang ia lakukan. Kelak, kau yang akan mengingatkan dia untuk mengunjungiku di hari ulang tahunku.

Sekarang, rumahnya adalah bersamaku.

Tapi kelak, rumahnya adalah di manapun ia bisa bersamamu.

Aku tidak keberatan dengan semua hal itu. Justru aku bahagia.
Suatu kebanggaan bagiku untuk menjadi ibunya. Membantunya tumbuh menjadi seseorang yang membuatmu jatuh cinta. Dan aku juga akan merasa bangga bisa mengenalmu.

Aku harap, dunia ini akan menjadi tempat yang lebih baik ketika dia bertemu denganmu.

Meski nampaknya ini tidak perlu, namun aku ingin kau tahu bahwa kau bisa memperlakukan dia dengan baik, dan membuatnya bahagia. Maka aku akan mencintaimu, tidak peduli siapa dirimu, ras, etnis atau agamamu, seperti halnya aku mencintai anakku apapun pilihan mereka.

Aku berjanji untuk tidak terlalu ikut campur dalam urusan kalian. Juga selalu membantu saat kalian membutuhkan. Aku janji untuk mencoba tidak memberi nasehat tanpa diminta.

Dan kepadamu, seseorang yang telah jatuh cinta pada anakku nanti, aku janji akan mencintaimu. Karena orang yang mencintai anakku akan memiliki pemahaman yang sama sepertiku. Tentang arti sinar di mata anakku.

Orang yang mencintai anakku, akan berpikir bahwa suaranya itu menggemaskan. Seperti yang kupikirkan. 

Orang tersebut juga akan tertawa mendengar gurauan putraku, seperti yang kulakukan selama ini.

Bagaimana aku tidak mencintai orang yang telah mencintai anakku dengan sepenuh hati?

Jadi, sekarang aku memilikinya. Sebelum dia menjadi milikmu. Aku akan menghargai setiap momen bersamanya, setiap ciuman dan pelukan darinya.

Dan suatu hari, ketika kau mencintainya dan dia mencintaimu. Aku akan merasa sangat bangga.

Bangga karena dia menjadi orang yang luar biasa. Bangga karena dia memilihmu untuk menjadi pasangan hidupnya.

Bangga, teramat sangat bangga karena telah menjadi ibunya.

Dengan penuh cinta,

Calon ibu mertua.

Bagaimana dengan Anda Bunda? Apakah memiliki perasaan serupa seperti yang tertuang dalam surat seorang ibu di atas
SHARE ARTIKEL