Apa Masih Bisa "Anteng", Anda Biarkan Anak Sering Bermain Gadget Sekalipun Tahu 7 Fakta ini?

Penulis Penulis | Ditayangkan 08 Jan 2018

Apa Masih Bisa
source image: gadget dan teknologi

Anak-anak memang bisa, mendadak 'anteng', mendadak tidak merepotkan kalau sudah 'terhubung' dengan gadget. Ya, entah itu tablet, smartphone, atau bahkan komputer atau laptop.

Tapi, efek negatifnya jauh lebih banyak dan lebih membahayakan kalau hanya dibandingkan dengan 'anteng'.

Kenapa?

Saya adalah seorang 'ibu baru'. Ya, anak saya baru saja akan menginjak 4 bulan. Kegalauan saya saat ini bukan soal menu MPASI, bukan juga soal ASI Eksklusif. Tapi soal gadget.

Iya. Gadget.

Beberapa malam yang lalu, saya minta tolong suami untuk menemani anak kami yang kala itu baru terbangun dari tidurnya. Sebentar saja, karena saya sedang sibuk di dapur.

Sibuk di luar kamar, tiba-tiba saya tersadar, kok si kecil anteng banget ya?! Saya melangkah ke dalam kamar, ternyata ayahnya duduk sambil memangku si kecil yang serius menatap depan layar lap top, menonton video lagu anak-anak.

Waduh! Saya langsung bilang sama suami: "Saya ingin menjauhkan anak kita dari gadget. Please, kita kompakan ya?!"

Kemudian lap top saya ambil dan saya matikan.

Anak-anak memang bisa, mendadak 'anteng', mendadak tidak merepotkan kalau sudah 'terhubung' dengan gadget. Ya, entah itu tablet, smartphone, atau bahkan komputer atau laptop.

Tapi, efek negatifnya jauh lebih banyak dan lebih membahayakan kalau hanya dibandingkan dengan 'anteng'.

Kenapa?

1. Radiasi berbahaya
Pada 2011 silam, World Health Organization (WHO) resmi mengklarifikasikan bahwa telepon genggam adalah gadget dengan kategori risiko 2B (possible carcinogen) yang artinya gadget dengan risiko radiasi emisi, yang sangat berbahaya bagi sistem otak anak-anak dan juga dewasa.

2. Perkembangan otak
Bayi baru lahir hingga 2 tahun adalah usia dimana otak mengalami perkembangan—yang sangat terngantung oleh rangsangan lingkungan. Bayi yang terlalu sering 'terpapar' gadget, termasuk televisi, akan mengalami penundaan kognitif, peningkatan impulsif serta lamban dalam kemampuan mengatur diri sendiri.

3. Kesulitan fokus
Memperhatikan gadget yang ada di tangannya adalah hal mudah bagi anak-anak berusia di bawah 12 tahun. Tapi memperhatikan lingkungan sekitar menjadi tantangan besar baginya. Ya, ia akan kesulitan mengatur fokusnya, sehingga berpengaruh pada prestasi akademiknya.

4. Risiko obesitas
Rasanya tidak ada hubungannya antara gadget dengan risiko obesitas. Tapi tahukah Anda, anak-anak yang diperbolehkan menonton televisi dan bermain video game di dalam kamar tidurnya memiliki potensi obesitas 30 persen. Hal ini karena ia kurang bergerak, dan dalam jangka panjang, anak-anak ini akan lebih rentan terhadap risiko stroke dan serangan jantung.

5. Kurang tidur.
Yang ini pasti Anda alami sendiri. Anak-anak yang diperbolehkan membawa gadget ke dalam kamarnya sudah pasti kurang tidur. Berdasarkan penelitian sebanyak 75 persen anak usia 9 hingga 10 tahun mengalami hal ini dan berdampak pada nilai akademik mereka.

6. Gangguan mental
Ah masa sih segitu parahnya? Ya, Anda pasti setuju bahwa segala sesuatu yang berlebihan dampaknya pasti tidak baik. Itulah yang terjadi pada anak-anak jika mereka menghabiskan banyak waktunya dengan menggunakan gadget. Risikonya, mereka jadi mudah merasa cemas, mengalami gangguan bipolar, psikosis dan cenderung bermasalah.

7. Kecanduan
Nah, kalau yang ini adalah teguran untuk diri saya sendiri sebagai orangtua. Ketika saya lebih tertarik pada smartphone saya, otomatis saya kurang memerhatikan anak saya. Ya, walaupun ia sedang dalam gendongan saya sekalipun. Kecanduan ini juga yang dapat terjadi pada anak-anak kita.

Duh, mengerikan ya? Mengetahui fakta-fakta tersebut, saya mengatakan kepada diri sendiri, bahwa saya harus keras dan disiplin terhadap diri saya sebagai orangtua dalam hal penggunaan gadget.

Mulai dari saya setidaknya bisa membatasi penggunaannya, demikian dikutip dari keluarga.com.

Misalnya, menggunakan gadget hanya ketika anak tertidur saja, bukan ketika mengasuhnya dan dalam waktu bersamaan. Ah, semoga saya bisa. Semoga Anda juga bisa ya!
SHARE ARTIKEL