Apakah Termasuk Sombong, Minta Dipanggil "Haji" Setelah Menunaikan Ibadah Haji/Umroh?

Penulis Taufiq Firmansah | Ditayangkan 19 Dec 2017
Apakah Termasuk Sombong, Minta Dipanggil
Foto ilustrasi, mamah dedeh semprot penonton yang ngaku haji

Benarkah seperti itu sombong?

Ya biasanya orang yang sudah pernah melakukan ibadah haji, setelah pulang ke kampung halamannya langsung mendapatkan gelar “Haji/Hajjah” di depan namanya.  Bagaimana sebenarnya hukum menggunakan gelar “Haji/Hajjah” dalam islam? 


Ketika seseorang yang pulang pergi haji, banyak masyarakat yang secara spontan memanggil seseorang tersebut dengan sebutan baik Pak Haji maupun Ibu Haji. 

Tetapi, ada pula seseorang yang ketika ia pulang dari pergi haji justru meminta dipanggil dengan titel “Haji”. 

Melihat hal ini, timbul pertanyaan, apakah hal itu termasuk dalam kategori sombong?


Melihat fenomena atau kejadian ini, ingatlah akan niat dan keikhlasan kita dalam melaksanakan ibadah haji hanyalah mengharapkan ridho dan pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala semata. 

Bukan karena ingin dipuji atau ingin disanjung sebagai orang yang telah pergi haji.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam surah Al Bayinnah ayat 5, yang artinya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa, ketika seseorang melaksakanan Ibadah Haji, niatkan dengan baik bahwasannya ibadah hajinya hanya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan bukan karna hal lainnya.

Selain itu, kita juga perlu bermuhasabah agar menjauhkan semua pikiran yang dapat merusak nilai dan niat ibadah haji.

Meminta sebuah gelar “Haji” kepada masyarakat bukanlah keputusan yang bijak dan dapat bersifat riya. 

Karena seperti yang kita tahu, adalah lebih baik jika kita berusaha untuk menyembunyikan amal ibadah haji kita. 


Tidak perlu mengobralnya ke orang lain, cukup memberitahu kepada masyarakat dan orang-orang terdekat serta berkepentingan yang secukupnya saja.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, hamba yang hatinya selalu merasa cukup dan yang suka menyembunyikan amalannya.”

Menjaga keikhlasan dan tidak mengharapkan suatu apapun baik sanjungan maupun sebutan “Haji” dari orang lain adalah penting agar menjaga amalan ibadah tersebut serta ridho dan niat karena Allah Subhanahu Wata’ala.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri” (HR. Ibnu Majah no 2893. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Semoga siapapun kita yang telah, sedang atau ingin melaksanakan ibadah haji dapat menjadi haji yang mabrur dan semakin membaik keimanannya, bukan hanya sekedar bertambah ‘gelar’ hajinya saja. (Fikriah NurJannah)
SHARE ARTIKEL