Anak Sudah Mulai Membantah Kepada Orang Tua? Sikapi Dengan Hal Berikut Ini

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 29 Mar 2017

Anak Sudah Mulai Membantah Kepada Orang Tua? Sikapi Dengan Hal Berikut Ini

Orangtua sering terkagum-kagum dengan perilaku sang balita. 

Sepertinya energi dan pemikiran mereka melesat cepat tanpa bisa kita pahami. 

Ada kebanggaan sekaligus ketakutan apabila mereka berfikir dan melakukan sesuatu tanpa pengawasan kita orangtuanya.

Suatu saat mereka bisa mengambil gelas dan menuangkan minuman sendiri, meletakkan sepatu kakaknya ke rak sepatu. 

Ngotot minta dibelikan pasta gigi beraneka rasa bahkan merengek minta dipinjami pisau untuk memotong buah kesukaannya. 

Tapi di saat yang lain, mereka begitu manja untuk minta digendong atau didekap walau hanya sebentar.

Perlahan tapi pasti, kebiasaan yang  mereka lakukan mulai berubah. 

Mereka lebih mandiri. Banyak orangtua yang tidak bisa memahami maksud anaknya yang menjerit minta di ijinkan main hujan hujanan. 

Padahal anak hanya ingin merasakan butiran air yang jatuh bersamaan di atas kulitnya. 

Atau bagaimana anak ingin tahu respon orangtua ketika mereka diam- diam mencoret coret buku kerja ayah.

Beberapa dari orangtua menganggap kemauan anak adalah sesuatu yang harus dituruti.

”Wah, kalau tidak dituruti bakal guling guling bu, bikin malu saja,” seorang ibu muda sedikit ngomel ketika anak semata wayangnya minta dibelikan boneka hello kitty di pasar. 

Atau ayah yang bersikap permisif dengan alasan kasihan atau sebagai kompensasi atas keterbatasan waktu menemani si kecil.

Tanpa disadari, dengan sikap demikian  kita malah menjadi orangtua yang ‘tidak sayang’ dengan anak.

Kita justru mengajarkan kepada anak bagaimana caranya menjadi manusia dengan tingkat egoisme tinggi.

Jangan bantah bunda!

Seiring berjalannya waktu, anak menjadi lebih hidup dengan kebiasaan dan teman-teman barunya. 

Mereka mulai ‘terkontaminasi’ dengan bahasa dan perilaku asing. 

Orangtua merasa semakin tak bisa memahami mengapa sang buah hati lebih senang bermain dengan anak tetangga daripada diajak berkunjung ke saudara.

Baca JugaMuslimah, Lakukanlah 5 Hal Ini Agar Pendapatan Suami Bertambah Berkah

Atau mengapa dengan mudahnya mereka berkata ‘tidak ‘ ketika diminta melakukan ritual bersih-bersih sebelum tidur. 

Dimulai ketika usia Sekolah Dasar, orangtua semakin tak bisa membujuk anak untuk mengikuti kemauannya.

Mereka merasa sudah besar dan menyadari bahwa dunia luar lebih menyenangkan dan ramai daripada di rumah. 

Kata ‘malas’, ‘tidak mau’, menjadi kata ampuh yang membuat orangtua kesal dan mengurut dada.

Bantahan mereka jelas membuat orangtua sangat kecewa dan marah. Harmonisasi hubungan orangtua dan anak pun semakin kabur.

Nak, yuk kita bicara!

Ketika orangtua merasa mulai ‘kehilangan’ si kecil nya, tak ada yang bisa dilakukan kecuali berdiplomasi dengan mereka. 

Ajak mereka bicara dengan cara dan dari sudut pandang mereka. 

Mungkin  bisa dilakukan sebelum tidur, sambil bermain game atau ngobrol santai di teras. 

Dengan begitu, besar kemungkinan akan terjadi kesepakatan yang menyenangkan.

Misal, ketika anak tidak mau belajar di malam hari atau tidak mau diajak sholat berjamaah. 

Mungkin jam belajar perlu dipindah menjadi sore dengan suasana santai, tenang dan tanpa nyala tv. 

Untuk sholat, bacalah surat yang sudah mereka hapal dengan baik. 

Bersama mencari informasi melalui buku atau internet manfaat sholat berjamaah, bagaimana Rasulullah melaksanakannya dan sebagainya.

Intinya, sebagai orangtua kita tidak bisa sebebasnya mengatakan ‘harus’, ‘tidak boleh’ tanpa disertai argument yang jelas. 

Kalau kita tetap melakukan itu, bersiaplah anak akan melakukan yang sama terhadap orang tua. Kata ‘tidak’, ‘malas’, akan terus mengawali perdebatan panjang dengan mereka.’Mari, ajak mereka bicara!

SHARE ARTIKEL