Maafkan Aku Anakku, Betapa Banyak Salahku Padamu

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 23 May 2017
Maafkan Aku Anakku, Betapa Banyak Salahku Padamu
youtube.com

Ayah, Ibu tahukah bahwa Anda sudah banyak berbuat salah pada anak? Dengarkan ungkapan kejujuran mereka ini!

"Bu, biarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja"

Nak, waktunya mandi, langsung sarapan, habis itu berangkat sekolah. Pulang sekolah harus tepat jam 12.00 dirumah, jangan mampir kemana-mana. Pulang sekolah langsung ganti baju, makan, terus tidur siang, habis itu mengaji, jangan telat karena jam 3 ada les matematika. Pulang les, kerjakan PR, main komputer 15 menit saja. Habis itu bla bla bla....

Begitu terus setiap hari pak/bu. Minggu saja liburnya, itupun kadang ada kegiatan ektra kurikuler, itu anak apa robot, diatur-atur. Kasih sedikit waktu, buat mereka melakukan apa yang mereka inginkan.

"Jangan hanya menyuruh, aku ingin ayah lakukan apa yang ia suruh padaku"

Fatal ini, suruh anaknya bangun pagi buat sarapan dan sekolah, ayah bangunnya kesiangan, alasan capek lembur. Malam suruh gosok gigi, ayah pulang kerja langsung tidur, bangun tidur rapiin tempat tidur, ayah? Boro-boro, mandi saja dan sarapan, takut telat, kan kalau telat susah juga nanti gajinya dipotong.

Ayah, itukah yang namanya mendidik?

"Aku ini bukan ibu yang telah tahu banyak hal tentang hidup, aku anakmu bu, yang beberapa tahun lalu baru lahir dari rahimmu"

Mungkin anda seorang wanita karir, yang dalam mencapai hal itu anda harus bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang anda inginkan. Itu memang sikap yang baik dan bijaksana, tapi jangan difotocopi bu, apa anggap anda ini gula kemasan 5 kg, anak anda gula kemasan 1/4kg?

Ajari ia pelan-pelan bu! 

Baca Juga: Jangan Pandang Rendah Mereka yang Bercerai, Mereka Hanya Ingin Mencari Kebahagiaanya

"Kenapa ayah sering menyalahkan aku di depan banyak orang, seolah kesalahan kecilku itu DOSA yang amat besar"

Tanpa disadari, orangtua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Bila orangtua menganggap bahwa setiap kesalahan adalah dosa yang harus diganjar dengan hukuman, maka anakpun akan memilih untuk berbohong dan tidak mau mengakui kesalahan yang telah dibuatnya dengan jujur. Kesulitan baru akan muncul karena orangtua tidak tahu kesalahan apa yang telah dibuat anak, sehingga tidak tahu tindakan apa yang harus kami lakukan untuk mencegah atau menghentikannya.

"Aku memang mau belajar bu, tapi ajari aku hal yang penting saja"

Pulang sekolah yang ditanyakan apa bu? Tadi belajarnya apa saja, dapat nilai berapa, PRnya mana, dikerjain ya...!

Lah itu kan memang tugas mereka bu. Memang benar ibu harus tahu itu. Tapi itu tidak penting bagi mereka. Tanyakan apa yang dialami, bagaimana ia berinteraksi dengan teman dan lingkunganya hari ini. Apa saja hal baik yang telah ia kerjakan. Ia akan merasa dihargai bu. Sadar ya bu!

“Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku.”

Memang dalam banyak hal, orangtua berbuat benar tetapi sebagai manusia, orangtua tak luput dari kesalahan. Karena itu yang sportif donk, akui kesalahan ayah dan kalau perlu meminta maaf sama anak. Itu juga pendidikan pak, kalau salah ya minta maaf.

“Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku”.

Mungkin ini dialami oleh anak yang mempunyai adik. Begitu cemburunya ia, bahkan lauk di meja makan saja, dilarang diambil sebelum adiknya yang memilih duluan. Hello..... buk...! Apa sudah benar pendidikan semacam itu? Itu akan membekas hingga ia dewasa.

Baca Juga: Doa Istri agar Suami Rajin Shalat dan Taat Kepada Allah

"Aku ingin ayah selalu tersenyum, bukannya datang kerja muram hanya karena alasan lelah"

Ada tidak ayah yang seperti ini? Mungkin juga karena alasan lelah, atau juga karena tidak ingin wibawanya turun. Hai pak, itu anakmu yang butuh kasih sayang. Sama bawahan saja juga harus senyum, karena senyum tidak akan melunturkan wibawamu.

"Aku ingin ayah dan ibu memanggil nama Asliku"

Sering ada orang tua yang memanggil anaknya dengan nama sebutan lain, atau kadang dimiripkan dengan tokoh karen sifatnya. Parahnya lagi ada yang menyamakan dengan tukang susu keliling, tukar sayur, tukang semir, tukang tambal ban sebelah rumah yang kalau nambal pasti nggak bener.

Hah? Yang benar saja pak bu? Becanda juga jangan keterlaluan, mereka belum dewasa, karena faktanya banyak anak yang dijuluki dengan julukan-julukan yang ia tidak suka.
SHARE ARTIKEL