Langsung Makan Nasi Saat Berbuka Puasa, Ini Efeknya!

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 30 May 2017

Langsung Makan Nasi Saat Berbuka Puasa, Ini Efeknya!

Begitu bedug maghrib berkumandang, sebagian orang memilih langsung makan dengan nasi ketika berbuka puasa. Lantas apakah ini menyehatkan?

Retno Pangastuti, DCN, M.Kes., nutrisionis dari RSUP Dr Sardjito menjelaskan, hal ini sebenarnya tak jadi soal. Akan tetapi diusahakan agar jumlahnya tidak berlebihan. "Tapi kalau bisa dikasih tahu, ya jangan langsung dipolke (bahasa Jawa: sebanyak-banyaknya)," katanya.

Mengapa begitu? Pertama, mencegah terjadinya gangguan pada sistem pencernaan, sebab pencernaan yang semula tidak bekerja selama 12 jam, tiba-tiba harus dipaksa bekerja keras. Kedua, yang terpenting bukanlah mengisi perut, tetapi menambah energi yang drop jelang berbuka.

"Mengembalikan cadangan yang kosong itu tadi dengan minum manis atau makan sesuatu yang karbohidratnya sederhana, sehingga bisa langsung diubah menjadi energi seperti teh atau kurma," dikutip dari detikHealth.

Namun Retno mengingatkan, takjil pun sifatnya hanya membatalkan, sehingga baiknya juga tidak mengonsumsi takjil dalam jumlah besar. Kalaupun ingin makan nasi, disarankan agar makan setengah porsi saja dengan komposisi yang tetep sama, yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.

Baca juga: "Nggliyeng" / Pusing Setelah Berbuka, Ini Sebabnya

Dalam kesempatan terpisah, dr Andry Hartono, SpGK dari RS Panti Rapih mengamini dengan mengatakan idealnya berbuka puasa memang tidak boleh makan sekaligus banyak. Langsung makan nasi ketika berbuka dikatakan dr Andry akan mengakibatkan naiknya gula darah secara drastis.

"Kalau nasi langsung, gulanya bisa kelewat tinggi, dan insulinnya muncul. Habis itu langsung lemes. Udah gitu darah lari ke saluran cerna untuk menyerap makanan, akibatnya otak kekurangan oksigen dan glukosa, jadi pada waktu Tarawihnya ngantuk," terangnya.

Untuk berbuka, idealnya adalah teh manis yang mengandung gula komponen, yakni glukosa dan fruktosa. "Glukosa karena dia perlu naikin sedikit supaya ada tenaga untuk shalat Tarawih, tapi fruktosanya naik belakangan jadi dia masih kuat dan gula darahnya nggak turun sampai habis Tarawih," kata dr Andry.

Hal yang sama juga berlaku untuk kurma. Kurma mengandung gula fruktosa yang tidak langsung menaikkan gula darah, tetapi baru empat jam kemudian diubah menjadi glukosa. Pilihan lainnya adalah pisang. Menurut dr Andry, pisang merupakan sumber kalium, magnesium dan karbohidrat sehingga kandungan kalorinya cukup tinggi.

"Yang penting dia ada elektrolitnya. Di pisang itu juga ada zat-zat yang membuat kita tenang karena dia mirip serotonin, dan ada zat yang mengurangi fungsi pencernaan karena belum waktunya makan, dengan kata lain menjaga ketersediaan energi sampai makan malam," paparnya.

Barulah setelah shalat Tarawih, makan berat boleh dilaksanakan. Tetapi ia juga mengingatkan, makan yang terlalu malam juga harus diantisipasi karena bisa menaikkan berat badan, apalagi aktivitas di malam hari cenderung berkurang.

Oleh karena itu yang baik adalah mengurangi kalorinya. "Kalau bisa seperti di Okinawa itu, dikurangi 400-500 kalori. Jadi puasa itu kesempatan untuk kita ngurangin kalori," pungkasnya.

SHARE ARTIKEL