Karena Kesibukanku Hingga Melupakan Ibu

Penulis Penulis | Ditayangkan 15 May 2017

Karena Kesibukanku Hingga Melupakan Ibu

Malam takbiran tentu menjadi momen yang sangat menyenangkan bagi seluruh umat islam dimana setiap keluarga muslim pasti akan berkumpul bersama keluarga, banyak makanan berbagi baju baru untuk keluarga.

Namun tidak dengan kisah wanita tua ini yang begitu teganya tinggal seorang diri saat malam takbiran tidak ada keluarga satu pun dari anak-anaknya yang menemani, simak kisahnya:

Seorang Ibu berada di pojokkan rumah sebelum lebaran. Di tengah pintu, ia duduk terdiam.

Tetangganya bertanya: “Kamu lagi ngapain, Yu? Duduk menyendiri gitu?”

Ibu itu menjawab: “Nggak papa… lagi pingin menyedniri aja.”

Tetangga menukas lagi. “Sampeyan sudah enak ya, anaknya sudah pada sukses semua, ada yang jadi pejabat, ada yang jadi dokter, ada yang jadi manajer. Jadi kalau mau lebaran seperti ini ya tenang, nggak khawatir nggak bisa berpakaian bagus, beda sama aku ini, apalagi buat lebaran, puasa sampe kelar aja udah untung.”

Ibu: “Alhamdulillah Yu, sayang cuma sendirian begini, dulu waktu masih ada bapaknya anak-anak, masih mending ada yang diajak ngobrol berkeluh kesah…”

Saat malam takbiran, ibu tadi baru aja menyiapkan beras buat zakat fitrah dirinya, lalu tiba-tiba ada keponakannya datang membawa HP.

Keponakan: “Budhe, ini ada SMS dari Mas Draup (anak yang jadi Pejabat di Jakarta) katanya, maaf pas lebaran nanti dia mau silaturahmi dulu ke pimpinan instansinya di Semarang, kalau waktunya cukup ya mampir, kalau enggak ya langsung balik jakarta karena liburnya cuma sebentar.

“Tadi sore Mas Drais (anak yang jadi dokter di Bandung) juga telpon, katanya, mohon maaf juga pas lebaran nanti nggak bisa langsung pulang kampung karena istri dan anaknya minta liburan dulu ke Bali.

“Lha ini malah Mas Dalban SMS lagi (anak yang jadi manajer di Surabaya), mau telpon Budhe nih, ini Budhe Mas Dalban mau ngomong…”

Dalban: “Assalamu’alaikum Bu’…”

Ibu: “Wa’alaikumussalam warohmatullah, Dalban sehat?”

Dalban:” Alhamdulillah sehat Bu, Dalban mohon maaf sebesar besarnya ya Bu’, pas lebaran nanti Dalban harus silaturahmi ke tempat Bos dulu, setelah itu lanjut acara meeting di luar kota, maaf ya Bu’?”

Ibu: “Iya Dalban nggak papa, Ibu juga minta maaf ya nak, yang penting kalian pada bahagia, Ibu juga ikut bahagia…”

Setelah keponakannya pergi, sambil membereskan beras fitrah tadi, tak terasa air mata si Ibu menetes, membasahi pipi tuanya yang mulai keriput, seiring sayup suara takbir berkumandang dari kejauhan…

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Lailahaillallahu Allahu Akbar
Allahu Akbar Walillahil Hamd..

Dalam hati si Ibu berdo’a, “Ya Allah, mudah mudahan anak anakku semuanya diberikan kesehatan dan juga keselamatan dalam rangka bersilaturahmi tadi…”

Meskipun kisah ini dipenggal hingga saat ibu mendoakan anaknya dengan ikhlas, namun sungguh membuat dada ini rasanya sesak. Tak terasa air matapun berlinang. Betapa sedih, kisah seorang ibu yang berlumuran darah, sembilan bulan mengandung, merawat ketika demam waktu kecil, masih ngompol, masih buang air besar di celana, tapi ketika ingin berkumpul dengan anaknya saat lebaran saja, terkadang tidak bisa. Anak anaknya lebih mementingkan pimpinannya, bosnya, sama anak istrinya.

Seorang ibu hanya bisa menangis di pojokan rumah, dan masih bisa mendoakan yang terbaik bagi anak-anaknya.

BACA JUGA: Uang Bulanan Orang Tua Jauh Lebih Penting Daripada Cicilan Rumahmu

Jagalah kedua orang tua kita, jangan sampai membuat sedih, dan sakit hati kedua orang tua kita, terutama Ibu yang melahirkan kita. Seorang ibu mampu membesarkan sepuluh anaknya seorang diri. Sepuluh orang anak, sering kali tak bisa menjaganya sendirian manakala ia beranjak senja. 
SHARE ARTIKEL