Wahai Muslimah, Belajarlah Malu Dari Putri Rosulullah, Bukan malah Bangga Mengumbar Aurat

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 10 Apr 2017

Wahai Muslimah, Belajarlah Malu Dari Putri Rosulullah, Bukan malah Bangga Mengumbar Aurat

Sejauh manakah kita mengukur rasa malu  dengan apa yang dikenakan sehari-hari terutama saat berpergian? Meski sudah berkerudung, apakah sudah benar aturan berpakaian menurut Syar’i, atau  hanya asal pakai, asal tempel tak perhatikan apakah pakaian yang dikenakan sudah sempurna menutupi lekuk tubuh dan juga rambut?

Atau jangan-jangan meski sudah belajar untuk berhijab, namun tak jua, naik “kelas” selama bertahun-tahun kita berpakaian. Tak sadar kerudung  tak menjulur dengan sempurna dan pakaian yang dikenakan masih juga memperlihatkan lekuk tubuh, yang memungkinkan mengundang nafsu syahwat.

Salah satu kisah yang cukup favorit yang bisa untuk renungan kaum wanita ditunjukkan oleh Fatimah az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW, dimana ia mengajarkan sesuatu yang sangat berharga; menjaga rasa malu sampai menutup mata…

Fatimah sangat risau melihat bentuk keranda saat itu. Karena keranda untuk mengusung jenazah yang akan dikebumikan antara lelaki dan perempuan tak ada bedanya. Hingga Fatimah mengutarakan kerisauan hatinya pada Asma’ binti Umais,”Sungguh aku tidak suka dengan keranda mayat yang digunakan untuk wanita. Terlihat keranda itu hanya ditutup kain sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya.”

Asma’ berkata,”Wahai putri Rasulullah, apakah kamu mau aku perlihatkan apa yang telah aku lihat di Habasyah?”. Lalu ia minta diambilkan beberapa pelepah kurma basah kemudian menatanya, lantas menutupnya dengan kain. Fatimah terlihat sangat terkesan. Kemudian Fatimah berkata,”Alangkah indah dan bagusnya ini! Jika aku mati  nanti, mandikanlah oleh kamu dan Ali, jangan ada seorang pun yang ikut melakukannya..”

BACA JUGA : Seberapa Romantiskah Islam Mengajarkan Kemesraan Antar Pasangan ??

Sikap yang ditunjukkan Fatimah sangatlah terlihat, bagaimana ia ingin menjaga dirinya walau telah meninggal sekali pun. Wasiat pada ‘Asma mengandung isyarat bahwa, ia tidak ingin banyak orang turut campur dalam masalah yang berhubungan dengan fisiknya, karena itu adalah yang harus dijaga oleh para muslimah, walau nyawa telah hilang dari badan.

Fatimah menginginkan sekali keranda yang akan digunakan olehnya benar-benar tertutup, hingga orang lain tak bisa melihat lekuk jasadnya yang terbujur kaku, seperti inginnya, Allah juga ikut menjaga jasadnya dari penglihatan yang buruk. Fatimah termasuk orang pertama yang menggunakan keranda tandu ini,  atau usungan mayat yang tertutup, disusul oleh Zainab binti Jahsy juga menginginkan dibuatkan serupa.

Akhlak ini adalah yang harus dipunyai oleh muslimah, punya sikap yang tegas terhadap mempertahankan jati dirinya tidak hanya sekedar ikut-ikutan semata, seperti mengikuti mode yang ada pada saat ini tanpa mengindahkan norma berpakaian. Karena sering terlupa menganggap hal tersebut bukan hal yang besar dan tak terkait dengan surga. Fatimah mengajarkan kita prinsip yang kuat akan norma dan akidah haruslah dibawa dari masih bugar sampai menutup mata.

Rasa malu, bukan hanya sekedar sifat yang tak mau unjuk kebolehan didepan umum, melakukan perbuatan yang membuat tak nyaman secara tak sengaja atau perasaan rendah diri karena merasa tidak mempunyai kemampuan.

Rasa malu harus ditunjukkan  dalam hal akidah yang positif. Malu tak bisa sedekah, malu karena tak bisa sholat lima waktu, malu karena malukan hal buruk dan nista, malu karena berpakaian yang tak semestinya, malu karena tak mau belajar dari kehidupan dan lain sebagainya.

Sebagai renungan Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59, yang artinya

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri orang mukmin, hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

SHARE ARTIKEL