Meneladani Akhlak Rasulullah, Orangtua Sebaiknya Jangan Mengatakan Ini Pada Anak

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 20 Apr 2017
Meneladani Akhlak Rasulullah, Orangtua Sebaiknya Jangan Mengatakan Ini Pada Anak

Sahabat, setiap kisah hidup Rasulullah SAW adalah teladan untuk kita umat muslim. Apa yang beliau lakukan, apa yang beliau tidak lakukan. Apa yang beliau katakan, apa yang tidak beliau katakan. Semua menjadi panduan dalam kehidupan kita. Maka dalam mendidik anak-anak kita pun, sepatutnya kita pun lebih berkaca kepada beliau.

Anas bin Malik adalah salah satu anak-anak yang merekam bagaimana Rasulullah SAW dahulu memperlakukannya. Anas bin Malik mulai menyertai Rasulullah pada usia 10 tahun, dan saat Rasulullah SAW wafat, usia Anas bin Malik sekitar 21 tahun.

Inilah hal yang paling Anas bin Malik ingat tentang bagaimana Rasulullah SAW memperlakukannya :

“Aku berkhidmat kepada Rasulullah SAW selama 10 tahun. Demi Allah, beliau tidak pernah mengatakan “Ah!” kepadaku. Beliau juga tidak pernah bertanya terhadap apa yang aku lakukan “mengapa kamu berbuat begini?” dan terhadap apa yang aku tinggalkan “mengapa kamu tidak berbuat begitu?”.”

Seandainya pun Rasulullah SAW mempertanyakan hal itu kepada Anas bin Malik, barangkali kita pun akan menganggapnya wajar, Rasulullah SAW tahu banyak hal dan Anas bin Malik hanyalah seorang anak-anak. Tapi Rasulullah SAW tidak mempertanyakannya.

Kitapun menerima pesan tak langsung bahwa meskipun Anas bin Malik masih anak-anak, tapi Rasulullah SAW sangat  menghargainya sebagai pribadi atau individu yang berbeda.

Bahkan pada saat momen paling tepat untuk mempertanyakan atau menginterogasipun, Rasulullah SAW justru memilih kalimat yang lain. Seperti yang juga dikisahkan Anas bin Malik di bawah ini:

“Suatu hari beliau memintaku untuk suatu hal. Lalu aku keluar untuk menemui anak-anak yang sedang bermain di pasar sehingga aku bisa bermain bersama mereka. Aku tidak pergi untuk memenuhi perintah Rasulullah. Ketika aku sedang bermain bersama anak-anak itu, aku merasakan keberadaan seseorang di belakangku dan memegang bajuku. Ketika aku menoleh, Rasulullah tersenyum dan berkata, “Hai Unais, apakah engkau telah pergi sesuai yang kuperintahkan?”. Aku kaget dan berkata, “Ya…aku akan pergi sekarang, Ya Rasulullah.”

Hasilnya? Sangat luar biasa! Sepeninggal Rasulullah SAW, Anas bin Malik tampil menjadi seorang guru besar yang banyak meriwayatkan hadits. Anas bin Malik meriwayatkan 2286 hadits, terbanyak ke-3 setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Anas bin Malik adalah guru besar bagi imam-imam besar seperti Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, Said bin Zubair, Qatadah, Az-Zuhri dan Umar bin Abdul Aziz.

Meski telah menjadi guru besar, Anas bin Malik sangat menjaga amanah. Ia tidak menceritakan apapun yang diketahuinya. Ia hanya menceritakan sesuatu yang ia yakini kebenarannya dan hafalannya. Anas bin Malik juga terlibat dalam pemerintahan selama zaman khulafaur rasyidin, antara lain pemerintahan di daerah Bahrain, Persia dan Bashrah.

BACA JUGA : Keutamaan Shalat Tepat Waktu yang Jarang Diketahui

Sementara kita? Beberapa dari kita sebagai orang tua seringkali dengan mudah berucap, “Mengapa kamu belum mandi juga?”, “Mengapa kamu tidak mengerjakan PR-mu?”, “Mengapa kamu suka usil pada adikmu?”, “Mengapa kamu tidak bisa diam sebentar saja?”, “Mengapa kamu begini?”, “Mengapa kamu begitu?”. Terlalu banyak ‘mengapa’ dan 'mengapa' yang akhirnyamengikis rasa percaya diri anak-anak kita yang sedang menumbuh.

Jika ingin memberi nasehat atau perintah, maka lakukanlah langsung, to the point, tanpa mengungkit atau menginterogasi kesalahan yang mungkin sudah anak-anak kita lakukan.

Simaklah bagaimana Rasulullah SAW memberi nasehat-nasehat pada Anas bin Malik yang sangat membekas di hati pemuda ini hingga hari tuanya:

“Wahai anakku, jika engkau bertemu keluargamu, maka ucapkanlah salam, niscaya ia akan menjadi berkah untukmu dan keluargamu.”

“Wahai anakku, apabila engkau bisa memasuki waktu pagi dan sore dengan hati yang bersih dari rasa curang kepada seseorang, maka lakukanlah.”

“Wahai anakku, itu adalah sebagian dari sunahku, barangsiapa menghidupkan sunahku, maka sungguh ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang mencintaiku, dia pasti akan bersamaku di surga.”

Dan jika sudah dinasehati tetapi anak-anak kita tetap saja melakukan kesalahan, tetap saja bukan kalimat interogasi “mengapa kamu melakukan ini?” atau “mengapa kamu tidak melakukan itu?” yang sebaiknya kita lontarkan, melainkan kalimat pengingat saja. Simak kisah lain dari Anas bin Malik berikut yang mencerminkan hal ini :

“Nabi SAW pernah mendapat kiriman hadiah berupa 3 ekor burung, lalu beliau memberikan 1 ekor kepada pembantunya. Pada keesokan harinya, si pembantu membawa burung tersebut dan menghidangkannya kepada Nabi SAW.  Lalu Nabi SAW bersabda: ‘Bukankah aku sudah melarang kamu menyimpan makanan untuk hari esok? Sebab Allah SWT akan memberikan rizki (yang lain) untuk hari esok’.”

Mulai sekarang, marilah kita sama-sama menahan lisan kita dari mengeluarkan kata-kata yang juga tak pernah dikeluarkan oleh lisan Rasulullah SAW terhadap anak-anak di sekelilingnya. Apapun yang meneladani Rasulullah SAW, Insya Allah menjadi berkah untuk kita dan anak-anak kita. Amiin. Dan Allah Lebih Tahu Yang Sebenarnya.
SHARE ARTIKEL