Histeris Warga Kedatangan Banjir Bandang di Magelang

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 30 Apr 2017

Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami. Jangan kau uji kami melebihi batas kemampuan kami.

Histeris Warga Kedatangan Banjir Bandang di Magelang
Terjadi banjir bandang di Desa Sambungrejo, Kecamatan Grabag, Kabubaten Magelang, Sabtu (28/4/2017). 

Ada ujian lagi di tanah air kita ini yang menyayat hati. Sebuah banjir bandang memporak-porandakan permukiman warga di Dusun Nipis, Desa Sambungrejo, Grabad, Magelang, Sabtu (29/4/2017) sekira pukul 15.30 WIB.

Hingga Sabtu malam, jumlah korban meninggal lima orang.

Korban tewas yang teridentifikasi antar lain Supar (65), Sukinah (50), Kamirah (26), dan seorang bocah yang diduga anak bidan desa setempat.

"Nama anak dari Bu Ariyanti masih dalam proses identifikasi," ujar Kepala Basarnas Jawa Tengah, Agus Haryono, Sabtu, lansir tribunnews.com.

Agus menambahkan korban yang belum ditemukan adalah asisten rumah tangga Ariyanti. Sedangkan korban luka-luka ada tiga orang yaitu Aryanti, Marwan (30), dan Nanda (13).

BPBD Magelang, Basarnas Jateng, Damkar, dan komunitas relawan masih berupaya melakukan pencarian.

Kerugian material yaitu tiga rumah rusak, satu bangunan polindes rusak total atau roboh, serta satu mobil Toyota Avanza rusak. Beberapa ternak kambing ikut hanyut terbawa arus.

Jenazah Supar yang terbawa arus ditemukan di persawahan warga. Sedang jenazah Sukinah ditemukan di dekat bagunan polindes. Kamirah ditemukan sudah kehilangan nyawa di dekat SD Sambungrejo.

Catur Agung Saputra, warga setempat, menceritakan kejadian memilukan yang menimpa kampungnya. Sebelum terjadi bencana, sekitar pukul 14.00 turun hujan lebat sekira dua jam.

Tak pelak tebing di Gunung Sokorini longsor dan menimpa sungai kecil di bawahnya. Material longsoran membuat aliran air tertutup. Tak lama kemudian muncul banjir bandang yang menghanyutkan rumah, pohon, dan bebatuan berukuran besar.

"Tadi itu warga terus memukul kentongan. Saya langsung keluar rumah dan melihat air sudah menerjang perkampungan. Mungkin tingginya (air) lebih dari tiga meter. Airnya keruh bercampur pepohonan dan batu besar," katanya.

Saat kejadian, puluhan warga berlarian menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.

Dalam kondisi mencekam, warga terus berteriak histeris karena melihat terjangan banjir bandang yang meluluhlantakan permukiman.

Setelah banjir mulai mereda, warga yang sebelumnya mengungsi ke tempat aman mulai memberanikan diri mendekat ke aliran sungai. Kemudian warga mulai mencari korban yang rumahnya terseret banjir.

"Korban di sini (Sambungrejo) yang pertama ditemukan Mbah Sukinah. Tubuhnya ditemukan di sekitar setengah kilo dari rumahnya," jelas Agung.

Warga lainnya, Joko mengungkapkan beberapa warga masih hilang.

"Masih ada beberapa orang yang belum ditemukan, di rumah Bidan Ariyanti saja masih empat orang yang belum ditemukan," tambahnya.
Jalan Terputus

Dilansir Tribun Jogja, di Dusun Sambungrejo, akses menuju ke lokasi bencana masih tertutup material longsor. Para relawan terus berusaha membuka jalur dengan menggunakan peralatan sederhana karena memang alat berat masih berusaha didatangkan ke lokasi kejadian.

Hingga pukul 19.30, ratusan relawan masih berusaha menyingkirkan material longsoran yang menutupi jalan menuju ke Dusun Sambungrejo.

Sebuah alat berat masih dalam perjalanan menuju ke lokasi jalan yang tertutup material longsoran.

Para relawan lainnya yang berhasil mencapai Dusun Sambungrejo dengan berjalan kaki terus berusaha mencari para korban. Mereka berusaha mencari korban di bawah rerutuhan rumah milik Bidan Ariyanti.

Namun karena material longsoran cukup tebal, para relawan mengalami kesulitan.

Hingga saat ini proses evakuasi masih terus berlangsung. Sementara para korban tewas dan terluka langsung dibawa ke Puskesmas Grabag dan sejumlah rumah sakit lain di Magelang.

SHARE ARTIKEL