Dua Sisi Tajam Peran Pemuda di Era (Digital) Pembangunan Indonesia

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 12 Apr 2017
Dua Sisi Tajam Peran Pemuda di Era (Digital) Pembangunan Indonesia
Malullah jika tak maju via wajibbaca.com

Roda bangsa akan bergerak terus dan makin cepat jika para pemudanya mau belajar untuk terus maju serta lebih baik.

Sebagai generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikkan dengan perubahan. Sebagai contoh dalam membangun bangsa ini, peran para pemuda adalah meminta keadilan dan menolak kekuasaan para diktator.

Di era setelah kemerdekaan, banyak pemudah waktu itu berperan serta dalam peranguntuk merebut Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Tokoh nyatanya adalah Bung Tomo, seorang pemuda yang pada 10 November 1945, di Kota Surabaya, memimpin perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Dikatakan pertempuran itu adalah yang terbesar dan terberat dalam sejarah revolusi Nasional Indonesia, hingga menjadi simbol nasional perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Ya, itu semata karena kekuatan, keberanian dan kegigihan tekad generasi penerus bangsa. Jadi sampai saat ini harus tetap ada tekad dan semangat besar para pemuda untuk menjadikan bangsa lebih adil, maju, dan bermoral.

(1). Tak hanya saat perang kemerdekaan, hari ini dan untuk seterusnya keberanian pemuda tetap dibutuhkan.
Mengutip perkataan Pramoedya Ananta Toer.
“Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri.” 

Sangat telak bukan!

Hai, kamu yang masih muda, fungsimu bukan hanya untuk berternak diri.

Contoh mutlaknya adalah ketika banyak muda-mudi dengan santai berpacaran. Katanya (mereka), untuk penyemangat belajar. Tak hanya yang sedang menempuh pendidikan di universitas, bahkan yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama dan SMA-pun sudah biasa dilakukan.

Apakah fungsinya?
Ya tidak lain hanya untuk bertenak diri. Keberanian macam apa ini? Keberanian melanggar syariat agama, keberanian melanggar norma kesopanan budaya malu di Indonesia karena sudah mulai pudar?

Bukan itu maksud Pramoedya, pemuda dituntut berani menegakkan keadilan, membela yang lemah dan tak bersalah. Berani membawa perubahan lebih baik. Faktanya pemuda era pembangunan ini banyak yang mengembangkan pikiran maksiatnya dan menciutkan nyali keberanian menegakkan kebenaran.

(2). Mengenang sejarah sebagai penyemangat hari ini dan untuk masa depan.
Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu, yang selalu berjuang dengan penuh semangat, biarpun jiwa raga menjadi taruhannya. Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang, seperti Ir Soekarno, Moh Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo, dan lain-lain dengan penuh semangat perjuangan.

Gerakan pemuda sebagai gerakan civil society, menempatkan pemuda pada posisi pelatuk, sekaligus pengawal perubahan. Semangat inilah semestinya terus terjaga dalam setiap gerakan kepemudaan. Independensi sebagai pilihan semangat gerakan pemuda, dan kemandirian sebagai jiwanya, tidak boleh luntur dalam diri setiap gerakan pemuda.

Pemuda jika didefinisikan sebagai masyarakat (social human) yang memiliki kesadaran organik, dan senantiasa bergerak dalam kerangka kelembagaan. Pada era desentralisasi ini, semestinya pemuda dapat menginternalisasi kembali efektifitas gerakannya.

Karena itu pemuda harus tahu peran apa yang semestinya diambil dalam mengisi pembangunan bangsa, daerah dan lingkungan pada khusunya.

(3.) Saatnya yang Muda yang Memimpin
Lenang Manggala berpesan,

“Tentang menciptakan perubahan untuk Indonesia, Saya percaya, bahwa Indonesia adalah kapal yang sangat besar. Untuk membelokkan kapal yang besar, kita butuh kebersamaan untuk mencipta tenaga yang besar, dalam waktu yang tidak sebentar. Memang tidak mudah. Namun, bukan berarti tidak usah.” 

Jadi tunggu apalagi, berubahlah, bekerjasamalah, bersinergilah untuk membawa Indonesia lebih baik.

Era pembangunan di Indonesia membutuhkan pemimpin yang kuat, berani dan semangat. Ketiga elemen ini adalah kunci pola gerakan yang memadukan antara mobilisasi kepentingan masyarakat ke dalam kebijakan pembangunan (pendampingan/pemberdayaan) politik masyarakat lokal, dan kontrol, sekaligus peningkatan kapasitas aparat pemerintahan.

Pemuda memang senantiasa didudukan pada posisi sebagai pelopor pembaharuan. Pemuda harus selalu berperan aktif dalam membawa kebaikan.

Penjabaran memimpin dalam membawa perubahan disini adalah bukan hanya soal politik saja. Baik yang komersil atau yang bersifat sosial hal itu tak menjadi patokan.

Di era digital pemuda dihadapkan pada banyak kesempatan mudah untuk berbuat baik atau malah sebaliknya.

Kita ambil contoh berapa banyak muda mudi memamerkan dan menjual murah harga dirinya dengan murah di berbagai aplikasi sebut saja bigo live. Dan sebaliknya kita tahu Nadiem Anwar Makarim.

Pendiri dan CEO GO-JEK, bisa menyediakan jasa transportasi ojek berbasis applikasi mobile. Ia bersama Michaelangelo Moran mendirikan PT Go-Jek Indonesia pada tahun 2011. Membuka lapangan kerja untuk semua orang sekaligus membantu orang-orang yang kesulitan karena kita kemacetan di kota besar yang semakin padat seiring membludaknya penjualan kendaraan bermotor.

Itu hanya satu contoh saja, dan masih banyak lagi yang lainya. Banyak yang bisa kita lakukan seperti komunitas di media sosial instagram ada komunitas ketimbang ngemis dan ini ada di berbagai kota. Apa yang mereka lakukan terkadang hanya membantu mempromosikan dagangan orang-orang yang sudah tua yang berjualan apapun agar banyak yang memperhatikan mereka.

Dua Sisi Tajam Peran Pemuda di Era (Digital) Pembangunan Indonesia
instagram.com

Selain itu komunitas ini juga memberikan bantuan kepada mereka. Ambil yang paling dekat dengan lingkungan kita.

Akun group facebook Komunitas Peduli Malang, menyediakan wadah untuk berbagi informasi. Dan patut dipuji, group ini memberikan ambulance gratis bagi semua warga Malang yang membutuhkan.

Dua Sisi Tajam Peran Pemuda di Era (Digital) Pembangunan Indonesia
Facebook Komunitas Peduli Malang

Jadi apapun bisa dilakukan jika para pemudanya mau bergerak. Dan mirisnya adalah saat ini disatu sisi banyak pemuda yang peduli dan membawa perubahan baik. Disisi lain banyak yang malah merusak moral mereka sendiri.

Berubahlah para pemuda. SAATNYA YANG MUDA MEMIMPIN.
SHARE ARTIKEL