Jilbab, Identitas Islam yang Kian Memudar

Penulis Cang Karna | Ditayangkan 14 Mar 2017
Jilbab, Identitas Islam yang Kian Memudar

Ada beberapa berita yang berseliweran di beranda fb, atau grup WA, baik itu postingan, berita online bahkan video, menginformasikan beberapa kegiatan keagamaan di luar Islam yang menggunakan pakaian identitas Islam,

Walaupun tidak ada aturan yang non muslim dilarang menggunakannya, seperti jilbab rapi dan menutup aurat atau pria berpeci, berbaju koko dan menyelempangkan sorban di pundak.

Biasanya berita-berita seperti itu akan memunculkan perdebatan, baik masalah hak menggunakan model pakaian sampai tuduhan kesengajaan pengelabuhan terhadap umat Islam.

Belum lagi kenyataan sekarang pakaian yang menutup aurat begitu ramai diapresiasi masyarakat bahkan menjadi trend, menggembirakan memang, karena jilbab tak lagi dipandang sebagai sesuatu yang asing, tapi di sisi lain ada semacam penurunan kualitas dari pengguna hijab dalam hal akhlakul karimah sebagai seorang muslimah.

BACA JUGA : Tidak Ada yang Menyangka Seorang Satpam Bisa Menjadi Presiden

Apakah selamanya kuantitas berbanding terbalik dengan kualitas?

Dulu, di tahun 80an, seorang muslimah yang memutuskan hijrah, akan menutup aurat secara sempurna di hadapan orang-orang yang tak berhak melihatnya.

Setiap keluar rumah, walaupun hanya beberapa jengkal dari pintu, kalau diperkirakan akan dilihat oleh non mahram, maka dia akan taat mematuhi aturan itu.

Bukan karena malu atau dilihat guru, tapi karena takut dosa. Setidaknya, dengan menutup aurat, muslimah tersebut sudah mencegah catatan dosa dari satu sisi, karena disadarinya, begitu banyak peluang dosa yang bisa dilakukan dari berbagai sisi kehidupannya. Dan muslimah seperti itu sangat sedikit.

Bagaimana dengan sekarang?

Tanpa menafikan muslimah yang komitmen dengan jilbab yang sesuai aturan, taat ibadah dan berakhlak mulia, sekarang kita temui banyak fenomena, jilbab sebatas pakaian saat pengajian, kerja atau pesta. Di lingkungan rumah, biasa saja jika jilbabnya ditanggalkan, entah itu menemui tamu, ke tetangga atau belanja ke warung.

SHARE ARTIKEL