Makna Filosofi Tembang Jawa Sluku Sluku Bathok

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 29 Jan 2017
Makna Filosofi Tembang Jawa Sluku Sluku Bathok
Ilustrasi sunan Kalijaga

Banyak berbagai penafsiran yang berbeda tentang Makna Filosofi Tembang Sluku Sluku Bathok ini. Namun kali ini makna tembang ini disarikan berdasarkan Khozinatul Asror (Sayyid Muhamad Haqqi Anazli 1261H).

Di dalam menyebarkan agama Islam, para wali songo pada waktu itu menyampaikan pesan dan wejangannya melalui berbagai macam cara, termasuk diantaranya melalui tembang tembang jawa, lagu dolanan dan lain sebagainya.

Sedangkan salah satu hasil karya peninggalan para wali pada waktu itu dan yang terkenal dan populer di masyarakat Jawa diantaranya adalah Tembang “Sluku Sluku Bathok “. Namun tentang siapa yang menciptakan tembang ini adalah masih simpang siur, ada yang mengatakan tembang ini diciptakan oleh Sunan Giri (Syaih Ahmad Ainul Yaqin) dan ada pula yang mengatakan itu adalah ciptaan sunan Kali Jaga atau  bahkan yang lainya.

Baca Juga: Perbedaan Orang Sombong dan Apa Adanya

Tapi yang jelas bahwa lagu ini diciptakan oleh salah satu dari wali sembilan atau ulama pada zaman itu. Yaitu pada kira-kira th 1400-an. Pada tahun 1261H atau sekitar th 1800-an, Sayyid Muhammad Haqqi Annazli menulis kitab Khozinatul Asror dan di dalamnya ditemukan sebuah kata-kata yang sangat mirip bila disandingkan dengan syair tembang ini.

Sedangkan kitab tersebut banyak menjelaskan tentang ilmu Haq filqolbi, seperti misalnya tentang Dzikir dan tentang Thoriqoh.

Filosofi tembang Jawa Sluku Sluku Bathok

Dikutip dari puspotajem.com, syair tembang Sluku Sluku Bathok dan kalimat-kalimat Syair yang ada di kitab Khozinatul Asror tersebut yang ternyata mengandung makna filosofi yang tinggi, yaitu tentang cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mendapatkan ilmu Haq Filqolbi.

Dan syair/lirik bahasa arab nya beserta maknanya adalah sebagai berikut:

SLUKU  SLUKU BATHOK ..BATHOKE ELA ELO..
Usluk sulukal baqo’…baqo’uhu laailaaha illallooh
SIROMO MENYANG SOLO ,OLEH – OLEHE PAYUNG MOTHA
Sirro maa yashilu ilalloh fahayyun laa yamuut..
TAKJENTHIT LOLO LOBAH .. WONG MATI ORA OBAH
Fajadid lahul hubbah ..fabatinuhu bil makrifah..
YEN OBAH MEDENI BOCAH.. YEN URIP GOLEKO DUIT..
Bayyinul mahabbah bidawaamil muroqobah.. Bayyinul makrifah bil baqoo’I tafwidz...

Arti bahasa jawa nya kira kira:

Nyilem, Nyilemo siro kanti langgeng.. kelanggengan iro klawan Laa ilaaha illallooh.
Rahasianing ati iro bakal iso wushul maring Alloh kang tansah urip ora tau mati.
Lan bakal Nukulke katresnan iro mareng Alloh.. lan batin iro biso makrifah.
Wujute tresno iku langgenge takorup mareng Alloh.. wujute makrifah iku kekale manunggal marang sifate gusti.

Dan berikut ini penjelasan singkatnya, 

SLUKU SLUKU BATHOK BATHOKE ELA ELO
USLUK SULUKAL BAQO' BAQOO'UHU LAA ILAAHAILLALLOOH

“Menyelam lah (laku suluk dan Dzikir) dengan jalan Holwat dan uzlah, dengan terus menerus melatih dan melafalkan kalimah dzikir Laa ilaahaillalloh di lisan maupun di dalam hati (tentu dengan bimbingan seorang guru mursyid).

Sedangkan pengertian Holwat dan uzlah secara simpelnya adalah menyepikan diri dari keramaian dengan niat memutuskan diri dari segala urusan duniawi sementara, dan semasa Holwat & Uzlah adalah berniat dengan kesungguhan hati hanya untuk beribadah kepada Alloh dan menuntut ilmu karena Alloh.

Sedangkan pengertian guru Mursyid adalah, seorang yang ditunjuk oleh Alloh untuk membimbing sang murid untuk sampai kepada Alloh, dalam arti bimbingan secara kerohanian (Mursyidul Haq).

Amalan yang diberikan biasanya amalan Dzikir batin, walaupun masih tetep disertai amalan lahir seperti misalnya tawasul, mandi, sholat sunah dan sebagainya. Biasanya Mursyid ini dalam satu kurunnya hanya ada satu dan tidak punya badal/pengganti/wakil.

Sedangkan Mursyidul Thoriqoh membimbing jalan menuju Alloh dengan memberikan amalan-amalan kepada murid bersifat lahiriah menuju batiniah, sebagai contoh memberikan amalan dzikir jahar dan biasanya setiap aliran thoriqoh ini mempunyai mursyid badal.

SIROMO MENYANG SOLO OLEH OLEHE PAYUNG MOTHA
SIRROMAA YASHILU ILALLOH FAHAYYUN LAAYAMUUT

Dengan jalan Suluk dan Dzikir (Uzlah dan Holwat) seperti itu, maka hati akan bisa selalu wushul kepada Alloh selalu hidup tak pernah padam.
Kenapa demikian..? Karena holwat dan uzlah adalah merupakan Jihad Linafsih, dimana didalamnya adalah bertapa tanpa aktifitas dunia, dan hati senantiasa berlatih konsentrasi kepada Alloh dengan bimbingan guru secara khusus. Sebagaimana dicontohkan Nabi Muhamad Saw, beliau bertapa di gua Hiro dengan bimbingan malaikat Jibril sebagai mursyidnya, sehingga beliau mendapatkan Wahyu atau Hidayah.

Baca Juga: Suara Azan Misterius Selalu Terdengar saat Tengah Malam di Sragen

Karena berlangsungnya dzikir dalam hati adalah pada dasarnya adalah hak dan urusan Alloh, sehingga manusia cara mendapatkanya adalah harus dengan mendekatkan diri kepada Alloh, agar hati bisa selalu wushul kepada Alloh SWT.

TAK JENTIT LOLO LOBAH WONG MATI ORA OBAH 
FAJADID LAHUL HUBBAH FABAATINUHU BIL MA'RIFAH

Dan dengan jalan suluk itu maka akan hadir di dalam hati kecintaan kepada Alloh. Dan batin menjadi makrifat kepada Alloh. Yaitu setelah seseorang melakukan Holwat atau Uzlah maka dirinya akan merasakan di dalam hatinya sebuah perubahan yang sangat mendasar. Terutama mulai mengerti entang siapa dirinya yang sebenarnya, dan siapa Tuhan yang harus disembah sebenarnya.

Dia akan dengan sendirinya mengalami perubahan tentang bertambahnya kecintaan terhadap Tuhannya yaitu ditandai dengan memudarnya kecintaan yang berlebihan terhadap duniawi.

Perubahan itu terjadi karena kehendak Alloh bukan karena keinginan nafsiah akalnya, mulai terbentuklah sifat kesabaran dan berkurangnya sifat amarahnya. Karena nafsu dihajar dengan puasa dan laku prihatin lainya.

Sehingga sampai terbukanya Bashiroh (mata ruhani) dan bila dilakukan dengan terus menerus dan sabar maka dia akan masuk pada pintu makrifat billah.

Tentu penjelasan ini tidaklah sesederhana ini dan juga tak serumit yang dibayangkan. Karena keterbatasan ruang dan ilmu ini bila dijabarkan maka takkan pernah ada batasnya, namun bila dijalani juga tak sesulit yang dijabarkan.

YEN OBAH MEDENI BOCAH YEN URIP GOLEKO DUIT
BAYYINUL MAHABBAH BIDAWAMIL MUROQOBAH BAYYINUL MA'RIFAH BIL BAQOOITTAFWIDZ

Perwujudan mahabbah/kecintaan itu adalah hatinya akan selalu taqorrub kepada Alloh SWT. Dan perwujudan makrifat itu berubahnya diri menjadi pribadi yang lebih sempurna.

Begitulah, betapa luhurnya pesan yang termaktub didalam syair tembang Sluku-Sluku Bathok ini. Walaupun tembang ini terkesan hanya sebagai tembang biasa, namun bila diambil hikmah dari isi kandunganya, maka sesungguhnya akan mengantarkan manusia itu menuju jalan Insanul kamil.

Sayangnya tembang ini tak banyak dimengerti maknanya oleh masyarakat Jawa pada umumnya, sehingga bisa menjadi inspirasi bagi mereka untuk menempuh jalan sesuai dengan yang tersirat di dalamnya.
SHARE ARTIKEL