Waduk Jatiluhur Jadi Sasaran Teroris, Bikin Polisi Binggung, Mengapa Harus di Rumah Apung Menjadi Tempat..

Penulis Penulis | Ditayangkan 26 Dec 2016

Waduk Jatiluhur, Purwa­karta, Jawa Barat, yang dikenal sebagai kawasan perikanan dan juga kawasan wisata, mendadak heboh, Minggu (25/12).

Waduk Jatiluhur Jadi Sasaran Teroris, Bikin Polisi Binggung, Mengapa Harus di Rumah Apung Menjadi Tempat..

Tim Densus 88 Mabes Polri menggerebek tempat itu.

Tanpa diduga oleh warga, di sana ternyata bersembunyi 4 orang terduga teroris.

Dua terduga teroris, Rizal alias Abu Marham (29) dan Ivan Rahmat Syarif (28) ditangkap petugas.
Sedangkan dua lainnya, Abu Faiz dan Abu Sovi alias Abi Azis alias Mas Brow, ditembak mati karena berusaha melawan.

Rizal dan Ivan diketahui menyewa rumah kolam jaring apung di Waduk Jatiluhur, Desa Cibinong, Purwakarta.

Menurut Gugun Gunawan (25), warga Desa Cibinong, ia sempat datang ke kolam jaring ikan yang disewa mereka.

"Setahu saya tidak melapor RT/RW, karena namanya juga petani ikan kolam jaring apung," kata Gugun di dermaga Dishub Jabar, Desa Cibinong, kemarin.

Gugun mengaku, ia mendengar suara tembakan di rumah apung (kolam jaring apung) yang dikontrak kedua Rizal dan Ivan.

Seperti yang dilansir dari tribunnews "Tadi jam 13.00 WIB ada tembakan. Dua orang setelah ditembak sempat tercebur ke dalam air, dan sisanya ditangkap," tutur Gugun.

Belakangan diketahui, yang ditembak hingga tewas dan sempat tercebur ke waduk itu adalah Abu Faiz dan Abu Sovi.

Dituturkan Gugun, ia tidak menduga Rizal dan Ivan yang mengontrak kolam jaring apung itu terlibat jaringan terorisme.

"Kalau yang dua orang lagi yang meninggal (Abu Faiz dan Abu Sovi) itu mah baru datang tadi dini hari (untuk memancing). Setahu saya tidak ada yang mencurigakan, karena mereka datang ke sini sama seperti para pemancing lainnya," beber Gugun.

Saksi lainnya, Siti Amaliah (38), mengaku sempat melihat aksi pemukulan Tim Densus 88 Antiteror kepada dua terduga teroris, Rizal dan Ivan.

Pasalnya dua teroris tersebut mencoba melawan saat ditangkap.

"Dipukulin keluar darah. Sudah bonyok, hidung keluar darah," katanya.

Sedangkan di rumah apung Waduk Jatiluhur, tim Densus 88 menembak mati dua teroris, Abu Faiz dan Abu Sovi. "Kalau di sini (rumah apung), terakhir dua tewas," jelas Amalia.

Maksum Kosasih (33), warga lainnya, juga heran kenapa terduga teroris menyewa kolam jaring apung di Bendungan Jatiluhur.

"Yang datang bikin kolam jaring apung ini dari mana-mana. Nah pertanyaannya kenapa mereka tinggal di kolam jaring apung?" ujar Kosasih.

Jenazah di waduk

Waduk Jatiluhur Jadi Sasaran Teroris, Bikin Polisi Binggung, Mengapa Harus di Rumah Apung Menjadi Tempat..
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto menjelaskan, penangkapan berawal dari penyergapan terhadap Rizal dan Ivan.

"Sekitar pukul 09.00 WIB bertempat di Jalan Ubrug, Cibinong, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, telah ditangkap dua orang terduga teroris namanya Ivan dan Rizal," katanya, kemarin.

Setelah menangkap keduanya, Densus lalu memburu dua rekan Ivan dan Rijal dengan mengintai kawasan Jatiluhur.

Kemudian sekitar pukul 12.00 WIB, tim Densus menggerebek Rumah Terapung di Waduk Jatiluhur.

Ketika hendak ditangkap, dua terduga teroris bernama Abu Sovi dan Abu Fais melakukan perlawanan.

"Ada perlawanan dari keduanya, setelah kontak senjata, keduanya meninggal dunia," ujar perwira tinggi tersebut.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Yusri Yunus, dua terduga teroris yang tewas karena melawan pada saat akan ditangkap.

"Tadi ada informasi dua orang sudah dilumpuhkan dan jenazahnya berada di tengah danau di area KJA tempat penangkapan," tambah Kapolres Purwakarta AKBP Hanny Hidayat.

Polisi bingung

Waduk Jatiluhur Jadi Sasaran Teroris, Bikin Polisi Binggung, Mengapa Harus di Rumah Apung Menjadi Tempat..
Kapala Kepolisian Daerah Jawa Barat Irjen Anton Charliyan mengaku kesulitan menangkap terduga teroris yang berada di rumah apung atau keramba jaring apung (KJA) Jatiluhur, Purwakarta.

" Justru kita bingung kenapa di sini? Pertanyaannya, mengapa harus di rumah apung, sehingga menyulitkan (penangkapan)? Ketika kami minta mereka menyerah, mereka malah menyerang," ujar Anton di lokasi kejadian, Minggu (25/12).

Anton menjelaskan, jika mereka tidak menyerang, maka polisi tidak akan mengeluarkan tembakan.
Namun karena terduga teroris melakukan penyerangan, polisi pun mengeluarkan tembakan.

"Yang tidak menyerang selamat. Yang menyerang apa boleh buat. Karena kita kan tidak tahu mereka bawa bahan peledak atau tidak," ucapnya.

Anton mengaku masih bertanya-tanya kenapa mereka bisa di rumah apung.

Karena jika terduga teroris itu sampai meledakkan Waduk Jatiluhur, bisa memakan banyak korban.
"Coba kalau bendungan ini diledakkan, mau jadi apa? Makanya segera kita lumpuhkan," ujarnya.

Anton bahkan sempat membandingkan dengan jumlah korban teroris di Gedung World Trade Center (WTC), New York, Amerika Serikat.

Menurut Anton, jika Waduk Jatiluhur diledakkan, jumlah korban bisa lebih banyak dibanding jumlah korban terorisme di WTC.

"Ini lebih besar dari WTC. Purwakarta, Bandung, Karawang sampai Jakarta, bisa jadi korban," katanya.

Meski demikian Anton mengakui, dalam penyisiran kemarin, tidak ditemukan bahan peledak.
"Di sini tidak ditemukan bahan peledak," katanya.

Namun petugas terus menyisir lokasi penggerebekan.

Termasuk menyisir area dalam danau (waduk) Jatiluhur. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa di lokasi kejadian benar-benar aman dan steril.
SHARE ARTIKEL