Hillary Unggul Dua Juta Suara, Mengapa Trump yang Jadi Presiden?

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 24 Nov 2016

Hillary Unggul Dua Juta Suara, Mengapa Trump yang Jadi Presiden?
Hillary Clinton dan Donald Trump

Perhitungan suara Pilpres AS hingga Rabu (23/11/2016) menunjukkan, Hillary Clinton unggul atas Donald Trump dengan selisih 2.017.563 suara.

Selisih jumlah suara yang menunjukkan keunggulan Hillary itu bisa bertambah lagi karena masih ada kartu suara yang belum dihitung.

Hillary, kandidat dari Partai Demokrat pada Pilpres AS tahun ini, unggul suara atas presiden terpilih, Donald Trump, seperti dilaporkan Voice of America.

Trump memenangkan jabatan untuk masuk Gedung Putih setelah unggul di negara-negara bagian yang memiliki suara elektoral yang cukup untuk membuatnya menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat.

Baca Juga : Berbobot 9 Ton dan Mampu Menahan Berbagai Senjata, Inilah Mobil Presiden Donald Trump

Dikutip dari kompas, saat penghitungan suara berlanjut di beberapa negara bagian, Hillary pada Rabu telah unggul 2.017.563 suara atas Trump.

Perolehan suara Hillary itu bisa bertambah karena masih ada kartu suara yang belum dihitung di negara-negara bagian di mana ia menang, khususnya di California, negara bagian terbesar di pantai Samudera Pasifik.

Tidak soal berapa pun suara yang diperoleh Hillary, hal itu tidak akan mengubah hasil pemilu 8 November.

Hillary akan menjadi calon presiden kelima dalam sejarah AS dan yang kedua dalam 16 tahun terakhir yang memenangkan suara terbanyak, tetapi kalah dalam pemilu.

Kekalahan itu terjadi karena konstitusi AS yang berumur dua abad menetapkan sistem lembaga perwakilan pemilih, atau electoral college, untuk memilih presiden.

Pilpres AS pada hakikatnya adalah pemilu terpisah di masing-masing dari 50 negara bagian dan ibu kota, Washington DC, dengan pemenang di setiap negara bagian meraup semua suara dalam electoral college.

Untuk memperoleh kemenangan diperlukan mayoritas sekurangnya 270 dari 538 suara electoral, dengan negara-negara bagian terbesar paling berpengaruh pada hasilnya.

Trump memenangi beberapa negara bagian dengan selisih suara kecil, sementara Hillary, mantan Menlu AS yang ingin menjadi presiden perempuan pertama AS, menang dengan selisih suara besar di California dan New York.

Ini menyebabkan Hillary mendapat suara terbanyak secara nasional, sementara Trump tampaknya memenangi suara elektoral 306 setelah hasil-hasil di setiap negara bagian hampir selesai dihitung.

Trump, seorang miliarder real estat yang kini sedang menunjuk pejabat-pejabat penting untuk pemerintahan barunya, beberapa kali mengecam penggunaan sistem elektoral dalam memilih presiden, tetapi juga mengatakan "sebenarnya genius membuat semua negara bagian, termasuk yang kecil, berperan."

Hari Selasa (22/11/2016), Trump mengatakan kepada wartawan harian New York Times bahwa ia "lebih menyukai sistem suara terbanyak" dan "tidak pernah menyukai lembaga perwakilan pemilih sampai sekarang ini" meskipun sistem itu telah membuatnya menjadi presiden terpilih.

SHARE ARTIKEL