Mufiatun, Pembantu Laundry yang Disetrika Majikan dan Tak Digaji Hingga Akhirnya Melarikan Diri

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 11 Oct 2016

Mufiatun (25), berbaring lemah tak berdaya, dengan pakaianya yang kumal dan ada bekas luka bakar yang mengering di perutnya. Miris, wanita warga Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati ini, dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD dr Loekmonohadi, Kudus, Minggu (9/10).

Mufiatun, Pembantu Laundry yang Disetrika Majikan dan Tak Digaji Hingga Akhirnya Melarikan Diri

Mengenai bekas luka bakar di perutnya, Mufiatun mengatakan itu adalah luka bekas terkena setrika panas oleh juraganya, pada awal Juni 2016 silam.

"Disetrika majikan, kejadiannya sebelum puasa kemarin," ucap Mufiatun, dikutip dari tribun jateng.

Disampaikan lebih lanjut, selama sekitar tiga tahun belakangan ini, ia menjadi PRT pada sebuah keluarga muda. Pasangan muda, berinisial Ag-En itu, adalah pengusaha laundry di Kudus.

"Sudah setahun belakangan ini mengontrak rumah di Kudus, dua tahun sebelumnya di Demak. Kalau alamat rincinya saya tak tahu," katanya.

Selama ini, tuturnya, ia bertugas menyetrika pakaian laundry yang telah kering di rumah. Dari sinilah, menurut dia, peristiwa naas itu terjadi. "Malam itu, saya sedang menyetrika pakaian. Karena kecapaian dan mengantuk sekali, saya ketiduran. Pakaian yang saya setrika terbakar," ucapnya.

Mengetahui hal itu, sang majikan pria, Ag, marah besar. Tanpa basa-basi, menurut dia, sang majikan menempelkan setrika panas itu ke perutnya.

"Saya hanya bisa pasrah," tutur Mufiatun, sembari menunjukkan bekas luka bakar di perut.
Setelah kejadian itu, menurut dia, ia dibawa berobat ke dokter oleh sang majikan. "Pernah dibawa ke dokter, selanjutnya terus diobati sendiri di rumah. Dibelikan obat dari apotek," terangnya.

Menurut Mufiatun, selama ini, biaya pengobatan diambil dari potong gaji bulanannya. Tiap bulan, ia mendapat gaji sebesar Rp 1 juta.

"Setelah kejadian itu, saya tak mendapat gaji, habis untuk biaya pengobatan, begitu kata majikan," ucapnya.
Lantaran sudah merasa tak tahan bekerja di keluarga itu, pada Sabtu (8/10), ia kabur dari rumah majikannya. Dengan diantar tetangga rumah majikannya, ia melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian.

Baca Juga : Bermaksud Berikan Makanan Bernutrisi Malah Bayinya Mati, Ibu ini Harus Berhadapan dengan Hukum

"Sampai sekarang perut saya masih terasa nyeri dan panas, saya sudah tak tahan," akunya.

Selama ini di ruang UGD RSUD dr. Loekmonohadi, Mufiatun ditunggui oleh Suparmi (36), rekan sesama PRT di rumah majikannya.

"Meski sama-sama bekerja pada satu majikan, saya jarang bertemu sama dia. Sehingga, kurang tahu persis kejadiannya," kata warga Semarang itu.

Menurut Suparmi, sudah sekitar lima tahun ia bekerja di keluarga majikannya. Selama itu, menurut dia, kedua majikannya baik-baik saja, tak pernah melakukan kekerasan.

"Mufiatun bekerja di rumah, menyetrika. Saya bekerja di tempat laundry, yang waktu tempunya sekitar 10 menit dari rumah," ucapnya.

Dituturkan, setiap hari ia berangkat ke tempat laundry pada sekitar pukul 06.00, dan pulang pukul 17.00.
"Pakaian saya cuci di tempat laundry, setelah kering sorenya saya bawa pulang dan disetrika oleh Mufiatun," sambung dia.

Perihal kaburnya Mufiatun, Suparmi juga tak mengetahuinya secara pasti. Hanya, menurut dia, pada Sabtu (8/10) sore, sang majikan hendak mengajak Mufiatun keluar rumah. Saat itulah Mufiatun kabur ke rumah tetangga di sebelahnya. Oleh tetangga itu, kemudian Mufiatun diantar ke rumah RT setempat.

"Kemudian oleh RT dan tetangga diantar ke pihak kepolisian. Malam-malam saya dijemput polisi, diminta untuk menunggui Mufiatun di rumah sakit," ucapnya.

Petugas medis di RSUD dr. Loekmonohadi, dokter Hikari, mengatakan, Mufiatun datang ke RS sekitar pukul 23.55. Diakui, memang terdapat bekas luka bakar di perut pasien. "Untuk memastikan apakah itu bekas setrikaan atau karena sebab lain, perlu pemeriksaan lebih lanjut. Saat datang, pasien hanya mengaku badannya lemah," ucapnya.


SHARE ARTIKEL