Kabid Humas Polda Jatim, Penasaran Cara Gandakan Uang 5.000 Jadi 1 Miliar, Ini yang Dilakukan Dimas Kanjeng

Penulis Penulis | Ditayangkan 29 Sep 2016
Kabar Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang diyakini pengikutnya memiliki kesaktian membuat tak hanya masyarakat luas namun juga pihak kepolisian tertarik untuk mencari tahu.

Isu yang beredar di Probolinggo, Dimas Kanjeng Taat Pribadi, sekarang berada di Makkah dan yang ditangkap adalah jelmaannya.

Kabid Humas Polda Jatim, Penasaran Cara Gandakan Uang 5.000 Jadi 1 Miliar, Ini yang Dilakukan Dimas Kanjeng

Mendengar ada isu itu, Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol RP Argo Yuwono, rupanya penasaran juga.

Dia lantas mendatangi sel tahanan Polda Jatim dan mengecek keberadaan tersangka Taat Pribadi.

Seperti yang dilansir tribunnews.com "Apa benar Anda berada di Makkah?," tanya Kombes Argo saat itu.

Tersangka Taat Pribadi yang menghuni sel khusus di tahanan Polda Jatim langsung menjawab. Tonton saat Taat Pribadi mengelabui pengikutnya bisa menggandakan uang:

"Siapa yang bilang begitu. Saya ada di sini (dalam tahanan)," ungkap tersangka, sebagaimana ditirukan Kombes Argo, 27 September 2016.

Tak hanya itu saja, Dukun yan menobatkan diri sebagai Raja Probolingo, Dimas Kanjeng Taat Pribadi, mengaku tidak bisa menggandakan uang seperti apa yang diperlihatkan dalam tayangan YouTube?
Itu terungkap saat seorang petugas mendatangi tersangka Taat Pribadi ke sebuah ruangan.

"Taat, ini uangku Rp 5.000, gandakan jadi Rp 1 miliar," goda penyidik sembari menyodorkan uang pecahan Rp 5.000.

Tersangka Taat yang saat itu tengah duduk hanya melempar senyum.

"Siapa yang bilang begitu. Saya tidak ngomong begitu," ujar Taat yang ditirukan seorang petugas. Lho, Anda katanya bisa menggandakan uang?" tanya petugas lagi.

"Yang ngomong kan bukan saya," elaknya lagi.

Sekadar diketahui, korban penggandaan uang dari berbagai wilayah di Indonesia bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Mereka bertahan karena ada keyakinan yang ditangkap penyidik Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim bukan Taat Pribadi, tapi jelmaannya.

Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji, menegaskan bertahannya korban penggandaan uang menjadi problem sosial tersendiri di Probolinggo.

"Mereka kebanyakan berasal dari luar Jatim dan ada juga dari Makassar yang nilainya mencapai puluhan miliar," ujarnya beberapa waktu lalu.

Forpimda Jatim, kata kapolda akan membicarakan dampak sosial ini, mengingat ada yang dipakai makan di warung cuma tinggal Rp 2.000.

Sesuai rencana, Forpimda berencana menggelar pertemuan untuk membahas penanganan anak buah atau korban penggandaan uang Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

"Kami sudah perintahkan Kapolres Probolinggo agar menggelar pertemuan dengan Forpimda setempat. Nanti sore saya juga akan bertemu Gubernur Jatim dan Pangdam untuk membicarakan korban Taat Pribadi," jelas Anton.

Apakah ajaran yang diajarkan Taat Pribadi di padepokan masuk kategori sesat?
Anton mengaku belum bisa memastikan itu.

Ia sudah koordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Probolinggo dan Jatim untuk menentukan sesat atau tidaknya.

"Yang perlu ditegaskan, pakai logika saja ya. Mana bisa uang digandakan, bagaimana nomor serinya," tegasnya.

Hingga kini, penyidik Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim terus mendalami pembunuhan dua sultan (pengepul uang), Ismail Hidayat dan Abdul Gani.

Mayat Ismail ditemukan di dekat sebuah hutan di Tegal Siwalan, Probolinggo. Kondisi kedalaman makam hanya 1 meter hingga dieker-eker anjing kemudian ditemukan warga sekitar.

Sementara mayat Abdul Gani, juragan batu mulia di Probolinggo ditemukan di bawah jembatan sungai di Wonogiri. Abdul Gani dibantai anak buah Taat Pribadi di padepokan karena sebagai saksi kunci seorang profesor yang melapor ke Mabes Polri atas kasus penipuan.

Ketika disinggung terkait penipuan dengan modus penggandaan uang, kapolda mengaku akan mengembangkan. Termasuk dugaan uang yang disimpan pada seseorang di Jakarta senilai Rp 1 triliun.
"Sekarang fokus pada pembunuhan dulu. Dugaan penipuan masih dikembangkan," tutur Irjen Anton Setiadji.
SHARE ARTIKEL