Jangan Lebay, Sampai Daftarin Anak ke Berbagai Les Sampai Habisin Waktu

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 07 Sep 2016
Ada anak yang waktunya habis untuk les privat tiap hari. Mulai dari piano, bahasa Inggris, gambar, Kumon, sampai renang. Pokoknya tiada hari tanpa les. Padahal masih seragaman SD dan duduk di kelas 2.

Jangan Lebay, Sampai Daftarin Anak ke Berbagai Les Sampai Habisin Waktu

Dipaksa ortu? Enggak juga sih. Ada juga anak yang demen les. Saking demennya minta ditambah lesnya sampai mamahnya angkat tangan. Bukan soal duitnya, tapi ga kuat antarjemputnya, hihihi.

Oke deh, kali ini memang mau bahas apakah les mampu mengoptimalkan pendidikan anak sekaligus menghemat pengeluaran. Kalau contoh di atas, memang si anaknya yang kepengen sampai si mamahnya nyerah.

Tapi di sisi lain kadang ada yang ikutan les karena obsesi ortu. Mereka kepengen anaknya rangking di kelas, cas cis cus bahasa Inggris, juara matematika, tapi tetep jago main musik sampai jadi penari balet.

Lantaran ortu yang terobsesi, jadilah inisiatif les privat tidak berasal dari si anak. Pokoknya anak mesti didaftarkan les privat biar makin pinter dan gampang melahap materi pelajaran sekolah.

Jangan Lebay, Sampai Daftarin Anak ke Berbagai Les Sampai Habisin Waktu

Biasanya ortu sudah punya 1001 argumen soal ini. Utamanya sih, mereka khawatir si buah hati kesulitan menyerap pelajaran di sekolah. Lebih-lebih, guru juga dikejar setoran materi kurikulum. Alhasil, yang telat memahami materi bakal ditinggal.

Praktis, si anak bakal terus-terusan dijejali materi pelajaran. Padahal si anak sejak pukul 07.00 pagi sudah stand by di sekolah. Pulang tengah hari, eh dilanjut les yang kadang bubaran sore hari. Terus kapan waktu mainnya?

Jadilah makanan sehari-hari anak adalah menyerap mata pelajaran. Sedikit sekali waktu bermainnya. Belum lagi pas malam hari di rumah di mana mesti buka buku-buku pelajaran lagi.

Baca Juga : SEDIH Melihat Jawaban Anak SD ini, Sungguh Mengharukan

Lantaran banyak ortu yang terobsesi agar otak anaknya makin encer, sama saja menyuburkan kehadiran les privat. Dari kursus yang diklaim membuat anak makin pintar berhitung, cakap cas cis cus, hingga fisik yang prima lewat kegiatan menari dan renang. Dan itu enggak murah. Semua les privat itu seringkali menguras isi kantong orangtua.

Bagi orangtua, terkurasnya isi kantong hanya dianggap sebagai konsekuensi belaka. Itu enggak sebanding perasaan bangga jika anak-anak mereka superior di segala bidang, bukan hanya di sekolah.

Bila yang dikedepankan rasa bangga orangtua terhadap anaknya yang superior itu berarti ini masalah kepentingan orangtua belaka. Mengikutsertakan anak pada sebuah les privat lebih semata-mata didasari kepentingan ortu, bukan kebutuhan anak.

Wajar jika kemudian muncul ‘tuduhan’ bila niat mendaftarkan anak ke les privat lebih sekadar gengsi orangtua. Gengsi ketika anak tidak berprestasi di sekolah. Padahal dulu telah ada kasus yang terjadi, karena terlalu banyak les, seorang anak jadi strees dan ketika ditanya hanya menjawab hitungan matematika. Dia hanya mau ngobrol dengan dokternya saja.

SHARE ARTIKEL