Hanya Bajaj ini Sebagai Satu-Satunya Tempat Tinggal Amat dan Ayahnya Selama 12 Tahun

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 27 Sep 2016
Hanya Bajaj ini Sebagai Satu-Satunya Tempat Tinggal Amat dan Ayahnya Selama 12 Tahun

Sudahkah kita bersyukur atas apa yang kita miliki hari ini, orangtua, dan kasih sayang. Rumah layak yang kita tinggali, untuk berteduh dari terik matahari serta guyuran hujan. Jika masih belum cukup, lihatlah Ahmad Irwan ini.

Amat, begitu sapaan Ahmad Irwan. Setiap hari ia ikut berkeliling bersama ayahnya menarik penumpang dan berteduh di dalam sebuah bajaj. Riwahyudin, ayah Amat dan anaknya sudah 12 tahun tinggal di dalam bajaj. Pekerjaan orang tua Amat sebagai sopir bajaj tak cukup untuk sewa kontrakan.

Disisi lain : Edan! Harga Elektronik Semakin Mahal. Di Jakarta Anggaran 1 UPS Rp 5,8 Miliar, di Pemkab Malang Anggaran 1 Printer Rp 1 Miliar

"Ya sekarang mau ngontrak gimana, mau makan aja susah. Sekarang setoran bajaj aja udah 150 ribu, belum buat ngisi gasnya, udah gitu ketemunya macet," ucap Riwahyudin, ayah Amat.

Tak jarang, siswa kelas 2 SD itu tertidur lelap di dalam bajaj. Kemana pun Riwahyudin pergi, kesana pula Amat ikut bersamanya. Baju-baju hingga perlengkapan sekolah Amat selalu disimpan di bagian belakang bajaj. Ya, bajaj inilah satu-satunya harta berharga bagi Amat & Ayahnya.

"Sedih, kehujanan. Terus bapak nyari duit buat saya. Pengen kerja ikut bapak," ujar Amat kepada NET.

Ibu Amat udah meninggal dunia. Sejak ibunya tiada, Amat dirawat sendiri oleh ayahnya. Meski hidup dalam kesusahan, ayah Amat adalah sosok yang pantang menyerah.

"Satu pun nggak ada yg bantu. Walaupun sakit, saya nggak mengeluh, nggak pernah kecewa. Semua saya jalani apa adanya dengan izin Allah. Saya percaya itu," tambah Riwahyudin.

Riwahyudin akrab disapa Iway biasanya mencari penumpang di samping Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. Di mata rekannya, sopir bajaj berusia 54 tahun ini adalah sosok pekerja keras.

"Dia semangat, kerja melulu, rajin banget," kata Sutrisno, sahabat Riwahyudin.

Jika melihat hidup Amat & ayahnya sekilas nampak berat. Pendapatan yang serba nggak pasti & bajaj yang disulap menjadi tempat tinggal. Tapi itulah kenyataan yang harus mereka jalani. Satu yang membuat Amat & Riwahyudin bisa melewatinya adalah hidup sederhana tapi bahagia.

"Saya nggak punya impian. Yang penting saya mendidik anak saya kelak menjadi anak yang beriman dan bertakwa, itu harapan saya," ucap Riwahyudin.

Menurut data Komisi HAM PBB tahun 2015, jumlah tunawisma / orang yang tidak memiliki tempat tinggal tetap di Jakarta jumlahnya mencapai 28 ribu jiwa. Angka ini menjadikan Jakarta berada di posisi nomor 6 kota dengan jumlah tunawisma terbanyak di dunia, setelah Manila, New York, Los Angeles. Moskow & Meksiko.

Mari bersyukur, dan jika kita mempunyai kelebihan rezeki kita sisihkan untuk mereka yang membutuhkan agar dapat meringankan beban orang-orang yang kesusahan.

Ini kisah Amat dan ayahnya,


SHARE ARTIKEL