"Banyak Lulusan SMK Menganggur, itu Kesalahan Pemerintah" Ujar Wali Kota Solo

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 16 Sep 2016


Memang pada kenyataanya saat ini lulusan SMK - pun bekerja sekedarnya yang kadang tak sesuai dengan keahlianya. Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo menuding pemerintah pusat kurang memperhatikan nasib lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini, hingga sulit mendapatkan pekerjaan.

Rudy meminta pemerintah untuk meninjau kembali fasilitas yang disediakan, serta melakukan audit dan inventarisasi fasilitas yang dimiliki SMK. Fasilitas yang kurang tersebut, kata Rudy, menjadi penyebab kurang berkualitasnya lulusan SMK.

"Kalau sekarang ini banyak lulusan SMK yang menganggur adalah kesalahan pemerintah. Angka pengangguran lulusan SMK mencapai 9,84 persen, sedangkan SMA mencapai 6,95 persen dan SMP sebanyak 5,76 persen. Pemerintah harus memberikan sarana dan prasarana yang memadai bagi sekolah kejuruan. SMK itu soko guru pendidikan di Indonesia," ujar Rudy saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Pendidikan Vokasi di Balai Kota Solo, Kamis (15/9), dikutip dari merdeka.

Baca Juga : Kepesertaan BPJS Kesehatan Langsung Non-aktif Kalau Telat Bayar Iuran Sebulan

Jika SMK memiliki alat seadanya, tandas Rudy, maka lulusannya tak akan bisa laku. "Jangan sampai lulusan SMK hanya menjadi penjaga toko," ucap Rudy.

Menurut Rudy, di sekolah kejuruan seharusnya lebih memperbanyak praktik dibanding teori. Teori hanya 30 persen dan praktik 70 persen. Sekolah kejuruan, lanjut Rudy, juga harus berani melakukan kerjasama dengan industri untuk mendapatkan lulusan yang memiliki kompetensi. Sehingga mampu bersaing dengan tenaga asing saat menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Pada kesempatan itu, Rudy juga mengatakan lulusan SMK juga bisa melakukan pelatihan keahlian di Balai Latihan Kerja (BLK) atau di Solo Techno Park (STP). Di STP, mereka bisa mendapatkan pelatihan keahlian di beberapa bidang seperti las dalam air.

"Dalam waktu dekat ini, STP akan melakukan kerjasama dengan perusahaan lampu hemat energi dari Korea Selatan untuk bisa memproduksi di STP. Selain itu juga produk GRC yang bisa digunakan baik sebagai atap, dinding maupun lantai," jelasnya.

Kasubdit Kurikulum Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, M Bahrun pada kesempatan yang sama mengatakan untuk menghasilkan lulusan SMK yang memiliki kompetensi juga dibutuhkan kreativitas dari guru-guru. Praktik siswa bisa dilakukan melalui teaching factory.

"Tidak semua sekolah bisa membawa siswanya praktik di industri, maka sekolah bisa melakukan praktik melalui teaching factory di sekolah meski tidak sebesar di industri," tutupnya.

SHARE ARTIKEL