SALUT : Kakek Amir, Tukang Cukur Keliling yang Tak Pernah Pasang Tarif

Penulis Dzikir Pikir | Ditayangkan 23 Aug 2016

SALUT : Kakek Amir, Tukang Cukur Keliling yang Tak Pernah Pasang Tarif

Perawatan rambut memang penting untuk semua orang. Nah, itu pasti berhubungan dengan seorang kapster atau pemotong dan penata rambut. Profesi ini tidak sembarangan orang yang bisa, apalagi di salon-salon kecantikan seorang kapster biasanya sudah memiliki serifikat dengan mengikuti sejumlah pelatihan.

Namun bagaimana pendapat anda dengan tukang cukur di pinggir jalan? Nyatanya, profesi ini kurang mendapat simpati orang. Namun bisa anda baca kisah seorang kakek ini.

Sudah 34 tahun Amir setia dengan profesinya menjadi tukang cukur keliling. Selama itu pula dia bisa menghidupi empat anaknya yang hampir semuanya menempuh pendidikan hingga jenjang SMA.

Baca Juga : Berjualan di Depan Tempat Makan Mewah, Kakek ini Mengundang Banyak Simpati Netizen

Meski barang-barang serba mahal, penghasilan tak menentu, pemilik nama Amir Yahya ternyata percaya akan jaminan rezeki jika semua orang menuntun cara kerja ikhlas.

"Saya dari tahun 1982 nyukur memasang tarif mulai dari Rp 150 - Rp 250. Dan terus naik, tapi dari situ saya sudah tidak lagi memasang tarif, saya ikhlas saja bekerja, ibadahnya jangan lupa. Waktunya salat ya salat," cerita Amir dikutip dari merdeka.com, Minggu (21/8) di kawasan Antapani, Kota Bandung.

Kakek 64 tahun itu mengaku, tidak tega memasang tarif pada orang yang menggunakan jasanya. Jika melihat jasa tukang cukur, apalagi barbershop, dia merasa tak sebanding dengan apa yang diberikan pada konsumen.

Amir bekerja hanya membawa gunting cukur, dan perkakas lainnya yang tidak dia rubah sejak kali pertama menjadi tukang cukur pada 1982.

"Kalau sekarang ada yang ngasih Rp 7 ribu (per sekali potong) ya terima saja. Rezekinya segitu. Tapi mungkin rezeki saya ada di tempat lain. Kalau percaya pasti nanti ada rezeki lagi, ya kalau ada orang yang berlebih suka ngasih Rp 20 ribu," ungkap pria yang akrab disapa Mang Kumis ini sambil memperlihatkan alat cukurnya.

Dengan cara itu Amir merasa hidupnya tidak pernah merasa kekurangan, sebab apa yang didapatnya saban hari tetap harus disyukuri. "Sehari dapat empat kepala Alhamdullilah, sehari dapat lima syukuri apalagi kalau di atas lima kepala. Itu dikasih lebih (rezekinya) sama Allah," kata pria kelahiran Sumedang tersebut.

Baca Juga : Heboh, Kopi Merk "Jessica" Beredar di Masyarakat

Kini Amir hidup bersama sang istri Eem (59) di rumah amat sederhana di kawasan Cicadas, Kota Bandung. Anak-anaknya sudah seluruhnya memiliki keturunan dan tidak lagi satu atap.

"Sekarang saya di rumah saja berdua sama istri. Istri di rumah saja jadi ibu rumah tangga, anak-anak saya sudah punya anak lagi. Saya mah kakek," ujarnya.

Setiap hari, Amir berkeliling dengan cara berjalan kaki menawarkan jasa cukur. Jarak yang ditempuh tidak main-main karena bisa mencapai belasan kilometer mencari orang yang ingin terlihat rapi.

Nah, bagi Anda yang kebetulan melihat pria berkumis di jalan membawa gembolan tas, coba saja pakai jasanya. Amir biasanya berkeliling di kawasan Cicadas, Jalan Pahlawan, Jalan Padasuka, dan Antapani.

Semoga kakek ini dimudahkan rezekinya dan selalu diberikan kesehatan. Aamiin.

SHARE ARTIKEL